Minggu, 28 April 2024
Wisata & Sejarah
Keajaiban Lembah Mati

Di Sini Batu-batu Itu Berjalan Sendiri

Minggu, 19 Juli 2020
lembah.jpg
IST.
DI Death Valley atau lembah mati, ada sekitar 162 batu yang bisa bergerak atau berlayar ke sana kemari, layaknya manusia berpindah tempat.*

KISUTA.com - Batu bisa jalan sendiri? Mana mungkin? Saat sekolah dulu, kita diajarkan bahwa batu merupakan benda mati yang hanya bisa berpindah jika digerakan oleh manusia atau alat. Bagaimana ceritanya batu bisa jalan sendiri?

Ya, di Death Valley, National Park, California, Amerika Serikat ada batu-batu yang bisa berjalan atau berlayar atau sailing stones. Fenomena geologi tersebut menjadi salah satu keunikan di muka bumi ini.

Dari berbagai sumber yang ditemukan kisuta.com, salah satunya dari situs Enviromental Graffiti, di Death Valley atau lembah mati, ada sekitar 162 batu yang bisa bergerak atau berlayar ke sana kemari, layaknya manusia berpindah tempat. Pergerakan batu-batu tersebut dapat dilihat dari jejak berupa trek berkelok-kelok yang ditinggalkan sepanjang dasar lembah. Ada trek berjarak 1.500 meter yang ditinggalkan batu-batu bergerak tersebut. Padahal berat batu-batu tersebut ada yang mencapai 45 kg.

Sampai saat ini, kekuatan di balik gerakan batu tersebut merupakan misteri dan menjadi subjek penelitian dengan beberapa hipotesis. Batuan yang dapat bergerak sendiri ini, dapat ditemukan di Tanah Datar Playa atau Racetrack Playa yang terletak di atas sisi barat laut Death Valley, National Park. Tanah datar ini berada di dasar tanah yang sangat datar dan kering. Dulunya tanah datar ini berupa danau yang kemudian mengering.

Pergerakan batu-batu tersebut memang tidak setiap hari, tetapi hanya setiap dua atau tiga tahun. Batu yang kasar meninggalkan trek lurus, sedangkan batu yang halus berjalan dengan arah yang berkelok-kelok. Batu kadang berbalik, memperlihatkan sudut lain dari tanah dan meninggalkan trek yang berbeda.

Jalur atau pola yang ditinggalkan berlainan, baik arah dan panjangnya. Terkadang batu yang berdampingan bergerak pararel, kemudian berubah arah ke kiri, kanan, atau bahkan kembali arah asalnya. Panjang jejak juga bervariasi, walaupun dua batu berukuran dan berbentuk hampir sama, namun salah satunya bisa bergerak maju atau berhenti di jalurnya.

Fenomena geologi
Meskipun penyelidikan ilmiah telah dilakukan, namun fenomena ini membuat penasaran dan telah membingungkan komunitas geologi dan pengunjung. Sampai hari ini, tak seorang pun yang pernah melihat batu bergerak. Namun sebagai pengganti saksi mata, teori yang tak terhitung jumlahnya telah diajukan selama bertahun-tahun dalam upaya untuk menjelaskan alasan di balik pergerakan batu-batu tersebut.

Ada teori yang menyebutkan bahwa batu-batu itu didorong oleh gravitasi, kemudian meluncur menuruni lereng bertahap selama jangka waktu yang panjang. Namun teori ini tidak benar ketika terungkap bahwa ujung utara Playa beberapa cm lebih tinggi dari ujung selatan dan bahwa sebagian besar batuan sebenarnya begerak menanjak.

Suatu penelitian menunjukkan bahwa kombinasi langka, hujan dan kondisi angin memungkinkan batu untuk bergerak. Sebuah hujan sekitar 1/2 inci akan membasahi permukaan Playa meninggalkan permukaan yang jelas dan sangat licin.

Angin kencang dengan kecepatan 50 mph atau lebih, mungkin membuat batu-batu besar tergelincir di sepanjang lumpur licin. Pada ketinggian 3.700 meter, angin kencang bisa menyapu Playa pada 70 mil per jam. Tetapi bahkan hembusan angin kecil dapat memindahkan batu.

Fenomena batu berjalan atau berlayar ini, sampai sekarang masih menjadi misteri, bagaimana batu-batu raksasa itu berlayar di sekitar tanah datar di Death Valley, National Park, California, Amerika Serikat.* ati - kisuta.com


BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya