Senin, 29 April 2024
Herbal & Kesehatan
Inspirasi

Nasihat Buat Pejabat

Rabu, 26 Agustus 2020

KISUTA.com - Pada hari diselenggarakannya bai'at Khalifah Al Mansyur di zaman Abbasiyah, semua rakyatnya merasa gembira dengan naiknya seorang wajah baru dalam pemerintahan Islam. Pada hari itu telah datang ke tempat tersebut ahli fiqih yang terkenal jika berbicara tegas dan berani, yaitu Mutaqil.

Al Mansur mengamati Mutaqil dengan seksama. Lalu dia berkata, "Demi Allah, di mana ada Mutaqil, di situ akan timbul kekeruhan."

Sesudah Mutaqil duduk di tempatnya, Al Mansyur berkata kepadanya, "Ya Mutaqil, tolong nasihati aku."

Mutaqil menjawab, "Baiklah ya Amirul Mukminin. Nasihat apa yang Anda minta, nasihat dengan apa yang kulihat atau dengan yang kudengar?"

"Nasihati aku dengan apa yang kau lihat, ya Mutaqil," kata Al Mansyur.

Mutaqil mulai berkisah: "Pada waktu Khalifah Umar bin Abdul Aziz meninggal dunia, beliau meninggalkan 11 anak lelaki, dan mewariskan 18 dinar. Dinar itu digunakan untuk membeli kafan (4 dinar), untuk membeli kuburan (5 dinar), dan sisanya baru dibagi-bagikan kepada ahli warisnya.

Pada suatu ketika Umar bin Abdul Aziz pernah ditanya orang tentang anak-anaknya. Beliau menjawab, "Anak-anakku itu salah satu dari dua. Bisa seorang taqwa yang senantiasa mendapat pengayoman Allah dan memberinya jalan keluar, atau bisa juga sebagai para pembangkang yang membuat aku enggan meninggalkan sesuatu yang bisa digunakannya untuk lebih mudah dan lebih berani membangkang kepada Allah.

Pada suatu hari Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz ingin memberikan wakaf lahan untuk kaum muslimin. Ketika salah seorang putranya mendengar berita ini, dia langsung menghadap ayahnya.

Pada waktu itu Umar bin Abdul Aziz sedang istirahat. Karena itulah ajudannya tidak mengijinkan siapapun menemui dan mengganggu beliau. Katanya, "Apakah Anda tidak tahu kalau khalifah sedang istirahat di siang hari seterik ini?!"

Khalifah Umar bin Abdul Aziz mendengar pembicaraan antara putranya dengan ajudannya itu, maka beliau segera mengijinkan anaknya masuk. Setelah bertatapan muka, anaknya berkata kepadanya, "Ya Ayah, aku mendengar ayah akan mewakafkan lahan ayah untuk kaum Muslimin."

Khalifah Umar menjawab, "Ya, benar! Insya Allah besok akan kuwakafkan tanah itu."

Akan tetapi putranya segera berkata, "Ayah! Apakah ayah yakin ayah masih hidup hingga besok pagi?! Apakah tidak lebih baik kalau niat baik itu dilaksanakan hari ini juga!"

Demikianlah rasa taqwa Khalifah Umar bin Abdul Aziz telah diwariskan kepada putranya ketika masih semasa hidupnya.

Pada suatu hari Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz mengumpulkan putra-putrinya. Dia berkata, "Wahai putra-putriku sayang, aku ingin meninggalkan warisan yang banyak kepada kalian supaya kalian hidup berkecukupan dan bergelimang dalam kenikmatan. Akan tetapi aku yakin, kalian tidak akan ridha bergelimang dalam kenikmatan, sedang ayah kalian dipertanggungjawabkan di hadapan pengadilan Alllah kelak atas semua yang ditinggalkan untuk anak-anaknya..."

Demikianlah kisah Amirul Mukminin, Umar bin Abdul Aziz. Beliau tidak mengamankan putra-putrinya dengan harta, pangkat, rumah dan lahan pertanian, tetapi mengamankan dengan memakmurkan kalbu mereka dengan taqwa kepada Alllah Ta'ala.* Abu Ainun/"Hiburan Orang Mukmin" - kisuta.com


KATA KUNCI

BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya