Senin, 29 April 2024
Sosok Inspirasi
Sarjoko Lelono

Dosen Selam Ini Penggowes Sejati

Rabu, 9 September 2020
ablas1.jpg
Dok.Pri

KISUTA.com - Kendati usia telah melewati 60 tahun, tetapi ablas menggowes. Artinya kendati sudah tua, tetapi tetap memiliki hobi sepeda. Bahkan belum lama ini sekitar dua bulan lalu sempat mengayuh pedal sepeda sejauh sekitar 500 km dari Banjarnegara menuju kota Solo. Sebelumnya dari Tasikmalaya menuju kota Solo.

“Gowes atau bersepeda sudah saya lakukan sejak muda,” ujar Sarjoko Lelono sambil bangga memperingati Hari Olahraga Nasional di Kampus Fakultas Olahraga Universitas Sebelas Maret, Manahan Solo, Rabu (9/9/2020).

Sarjoko yang mengaku masih menekuni menjadi dosen mata kuliah olahraga Kano dan Selam, sangat menyenangi olahraga bersepeda. Menurutnya, banyak orang di Kota Solo menyukai olahraga sepeda. Kuantitas orang bersepedapun makin hari makin banyak. Umumnya atau sebagian besar penggowes antara hari Senin hingga Jumat adalah penggowes, tetapi setelah hari Sabtu dan Minggu adalah penggowes pemula.

“Saat pandemi Covid-19 muncullah emosional luapan dalam artifitas fisik karena aktivitas banyak massal tutup, kemudian munculnya penggowes-penggowes lama bergerak aktif sehingga menjadi ramai,” ujarnya.

Ke depan, kata Sarjoko, kebiasaan bersepeda atau gowes menjadi bertahan, bahkan malah semakin diminati masyarakat. Yang semula bersepeda sebagai kegemaran pemula menjadi kegemaran baru. Karena bersepeda tidak sekedar fisik motorik bersepeda tetapi ketika orang bersepeda bisa meluapkan emosional yang membawa kebahagiaan tersendiri.

“Belum kalau nanti bisa gowes bareng, seperti berkomunikasi, foto, makan dan sebagainya,” ujarnya.

Lebih jauh Sarjoko mengemukakan, penggemar gowes, kini banyak diminati oleh mereka yang sudah berumur 40 tahun keatas, bahkan tidak sedikit mereka yang mulai memasuki masa pensiun.

“Tidak sedikit yang mereka sebelumnya tidak pernah bersepeda, tetapi setelah pensiun mereka kemudian mengisi waktu dengan bersepeda, melalui sepeda mereka bisa memanfaatkan waktunya dengan berkomunikasi antar teman bersepeda,” ungkapnya.

Menurut Sarjoko, bersepeda tidak hanya aktivitas gerak otot kaki saja tetapi solidaritas orang bersepeda tinggi sekali. Ketika kita berpapasan say haylo selalu ada, ketika kita bersepeda merasa temennya menjadi banyak.

Orang yang awalnya tidak mau bersepeda atau berolahraga. Akhirnya mau tidak mau ada aktivias kerja, bekerja secara biologisnya. Kemampuan kardiovaskuler, jantung, paru-paru, ginjal dan liver menjadi aktif.

Namun demikian, bagi mereka yang bersepeda pemula atau pemula tidak musti mulai belajar tetapi mereka yang jarang bersepeda. Sehingga tidak bisa menahan diri secara emosional untuk berpacu seperti mereka yang bersepada sudah lebih lama.

Pertama musti mencari jalan yang datar, kemudian diatur oleh dorasi waktu misalnya 30 menit lalu istirahat 5 menit dan sebagainya.* eko prasetyo - kisuta.com


BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya