Sabtu, 27 April 2024
Wisata & Sejarah
Melirik Kembali di HJKB 210

'Badak Putih' Pieters Park, Penunggu Setia Gedong Papak

Sabtu, 26 September 2020
badak.jpg
humas.bandung.go.id
PATUNG badak putih yang berada di Taman Badak Balai Kota Bandung.*

KISUTA.com - Bukan karena pangguyangan badak putih menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi ketika bangunan Kabupaten Bandung, Jawa Barat ditentukan di Kampung Cikalintu, kalau kemudian patung badak putih ditempatkan di Pieters Park atau Taman Dewi Sartika yang merupakan bagian dari Balaikota Bandung yang dulu dikenal dengan Gedong Papak.

Meskipun saat menetapkan Kampung Cikalintu sebagai pusat pemerintah Kabupaten Bandung (cikal bakal berdirinya Kota Bandung), orang-orang tua zaman dahulu menggunakan "pangguyangan badak putih" sebagai syarat yang harus dipenuhi, namun keberadaan patung badak putih di Balaikota, sama sekali tidak memiliki kaitan historis magis dengan berdirinya Kota Bandung.

Patung karya Drs. Nyoman Nuarta dan Ketut Winata ini, diresmikan tanggal 10 November 1981 oleh Walikota Bandung saat itu, H. Husen Wangsaatmadja. Berarti tahun 2020 ini, sudah 39 tahun sang badak nongkrong menghiasai Taman Dewi Sartika. Sayangnya, meskipun terletak di Balaikota yang merupakan pusat pemerintahan Pemkot Bandung, ternyata sejarah sang badak tidak masuk dalam literatur patung yang dimiliki Pemkot Bandung. Hanya sedikit saja pegawai yang mengetahui sejarah patung badak putih ini, selebihnya hanya menggelengkan kepala.

Keberadaan sang badak di komplek Balaikota seperti yang kebetulan saja. Apalagi, fauna khas Kota Bandung bukan badak, melainkan burung cangkurileung. Terlepas dari sejarah yang melatarbelakangi kehadirannya, badak putih telah menjadi bagian dari keberadaan Balaikota di Jln. Wastukancana, Bandung. Bersama dua patung burung merpati yang hadir sesudahnya, saat ini badak putih menjadi ”satwa” penghuni tetap Balaikota.

Monumen Badak putih di halaman Balai Kota Bandung, sama sekali bukan lambang daerah. Melainkan merupakan simbol kerinduan Kota Bandung akan kehadiran kembali kelestarian alam yang sehat, tertib, tanpa kekurangan air serta pepohonan yang rindang.

Monumen tersebut juga merupakan pencerminan kehendak Bandung masa kini (saat itu) dan Bandung masa mendatang untuk kembali memiliki lingkungan yang subur dan teratur. Monumen Badak Putih menjadi representasi tekad Kota Bandung untuk mengembalikan keadaan lingkungan yang sehat.

Lalu kenapa berwarna putih? Husen Wangsaatmadja mengatakan, di antara badak yang terdapat di Bandung kala itu terdapat seekor badak yang memiliki warna berbeda. Yakni berwana putih, dan diduga merupakan pemimpin di antara para badak lainnya. Hal inilah yang kemudian menjadi alasan monumen badak di halaman Balai Kota Bandung juga berwarna putih.

Dia menyatakan, kehidupan badak tidak lepas dari sejarah pertumbuhan Kota Bandung. "Tidak salah kiranya jika dibuat suatu monumen badak putih, untuk mengenang kelestarian alam yang sempurna pada masa lalu, sambil mencoba mengembalikan kembali kondisi itu bagi masa kini dan mendatang," tuturnya.

"Dalam Dada Kami Tak Pernah Padam Mengemban Tugas Meneruskan Harapan Agar Nama dan Titipan Ini Bandung Semerbak Sepanjang Masa".

Demikian tulisan yang terdapat pada prasasti peresmian yang diabadikan di bawah patung badak putih.* das - kisuta.com


BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya