Sabtu, 4 Mei 2024
Unik Menarik

RRI dan Budaya Belajar Multiplatform

Selasa, 12 September 2023
ardio.jpg
Net

KISUTA.com - Tanggal 11 September 2023 kemarin adalah Hari Radio Nasional (HRN), sekaligus merupakan hari lahir dan Hari Ulang Tahun Radio Republik Indonesia (RRI). Penetapan HRN memang mengadopsi kelahiran RRI, radio yang sarat perjuangan bersejarah kemerdekaan negara kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sejak era reformasi 1998 RRI menjadi Lembaga Penyiaran Publik (LPP). Karena itu, belakangan penyebutan HUT RRI pun berubah menjadi HUT LPP RRI. Sesuai dengan tahun yang sedang berjalan, maka kali ini pun ulang tahun itu menjadi HUT ke-78 LPP RRI. Angka 78 itu dihitung sejak kelahiran awal RRI pada hari Selasa 11 September 1945.

Segera setelah berdiri, RRI memiliki ikrar yang mengikat semangat dan pedoman perilaku Angkasawan yang dikenal dengan Piagam Tri Prasetya RRI. Yakni, pertama, “Kita harus menyelamatkan segala alat siaran radio dari siapa pun yang hendak menggunakan alat tersebut untuk menghancurkan negara kita. Dan membela alat itu dengan segala jiwa raga dalam keadaan bagaimanapun juga dan dengan akibat apa pun juga”

Kedua, “Kita harus mengemudikan siaran RRI sebagai alat perjuangan dan alat revolusi seluruh bangsa Indonesia, dengan jiwa kebangsaan yang murni, hati yang bersih dan jujur serta budi yang penuh kecintaan kepada tanah air dan bangsa”.

Ketiga, “Kita harus berdiri di atas segala aliran dan keyakinan partai atau golongan dengan mengutamakan persatuan dan keselamatan negara serta berpegang pada jiwa Proklamasi 17 Agustus 1945”.

Wartawan senior RRI, M. Kabul Budiono, pernah mengatakan, “Dengan melihat ketiga butir di atas, pertanyaannya kemudian masih tetap relevankah Tri Prasetya RRI dengan kondisi bangsa dan situasi negara saat ini?”

“Seingat saya, diskusi mengenai relevansi Tri Prasetya RRI dengan realitas kekinian dan masa akan datang, belum pernah dilakukan. Bagi sebagian kalangan senior, Tri Prasetya RRI adalah sesuatu yang sangat sakral karenanya tidak ‘elok’ untuk didiskusikan. Wacana mengenai relevansi itu sempat muncul sehubungan kata ‘revolusi’ yang ada pada butir kedua Tri Prasetya. Saya sendiri sering melakukan internal discource mengenainya”. (M. Kabul Budiono, Jejak Impian Angkasawan Jalan Menuju Lembaga Penyiaran Publik, Tim Buku HPN Pusat, Januari 2019)

Mengapa harus jadi LPP?
Sejarah perjalanan RRI pastilah sangat panjang. Sumber Daya Manusia (SDM) atau jajaran pengelolanya pun dari waktu ke waktu terus berganti, dari generasi yang lebih tua ke generasi yang lebih muda. Pergantian itu tentu tetap memperhatikan kualitas manusia sesuai dengan tantangan zaman yang sedang berlangsung dan yang akan datang.

Dalam bukunya tersebut Kabul Budiono menulis subbab “Mengapa RRI Harus Menjadi Radio Publik?” Dengan mengutip UNESCO (Badan PBB untuk Pendidikan, Sosial dan Kebudayaan), Kabul menulis begini:

“Melalui Lembaga Penyiaran Publik, setiap warga negara dapat memperoleh informasi, terbedayakan melalui siaran pendidikan dan terhibur. LPP juga harus menyelenggarakan siaran yang mencerminkan keberagaman, keanekaragaman acara serta terjamin independensi redaksionalnya. Karenanya, LPP harus bertindak sebagai fondasi demokrasi. Keberadaan suatu radio yang menyandang predikat LPP sungguh mulia”.

Di bab yang lain, Kabul memberi judul tulisannya “Bangga Menjadi Angkasawan RRI”. Mengapa? Karena ada anggapan bahwa setelah era reformasi RRI semakin ditinggalkan oleh para pendengarnya. Tapi betulkah?

Untungnya, Pusat Penelitian Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan (Puslitbangdiklat) telah melakukan beberapa kali penelitian khalayak di 11 kota di seluruh Indonesia (2010-2012). Hasilnya sangat positif. Di kota-kota itu, RRI ternyata masih didengarkan orang. RRI baik Pro 1 dan Pro 2 masih masuk sebagai radio-radio yang menjadi rujukan sumber informasi.

Sebagai LPP, RRI berupaya menerapkan prinsip independen (independent), keberagaman (diverse), keberbedaan (distinctiveness), dan menjangkau semua warga negara (universality) melalui penyelenggaraan 5 programa siaran, yaitu Pro 1, Pro 2, Pro 3, Pro 4, Pro 5, dan Voice of Indonesia. Kini RRI mempunyai hampir 100 stasiun penyiaran di seluruh Indonesia.

Budaya belajar multiplatform
Menyandang predikat sebagai pelayan publik (LPP), apalagi di tengah era digital dewasa ini, mau tidak mau menyadarkan jajaran pengelola RRI untuk terus menempa kualitas diri, belajar dan terus belajar.

Dalam kesempatan memperingati HRN dan HUT ke-78 RRI tanggal 11 September 2023, LPP RRI menetapkan tema “Transformasi Multiplatform Menuju Indonesia Maju”. Tema ini memberi makna arah para angkasawan menjadikan RRI sebagai media multiplatform berbasis radio yang melayani publik guna memajukan Indonesia.

Multiplatform berarti harus menghadirkan konten-konten bukan hanya radio, tapi juga platform-platform digital yang dapat dinikmati oleh khalayaknya.

Hal itu, menurut Direktur Utama Lembaga LPP RRI, I. Hendrasmo, tentu saja mensyaratkan SDM RRI agar memiliki skill yang andal dalam konten multiplatform, bukan hanya kreatif tapi juga keterampilan teknis multiplatform yang kuat. “Untuk itulah kita harus meng-upgrade diri, apa pun harus kita lakukan supaya bisa melayani publik,” katanya. (rri.co.id, 11/9/2023)

Sejalan dengan tema tersebut, RRI melakukan penguatan Puslitbangdiklat sebagai Center of Excellence, Pusat Pembelajaran SDM RRI, yang menempa SDM RRI agar tangguh menjadi conten creator, pengisi konten multiplatform RRI.

Untuk mencapai ke sana, RRI juga telah mengadopsi pendekatan atau metode korpu (corporate university), yang membantu mengaktifkan pendidikan dan pelatihan jajarannya, demi mencapai visi RRI menjadi media yang terpercaya dan mendunia.

Selain itu, apa yang dilakukan Puslitbangdiklat RRI adalah mendorong learning culture atau budaya belajar. “Karena tanpa belajar yang tekun, bersemangat, berdisplin, konten dan produk kita tidak akan berkualitas. Hal ini akan membuat RRI semakin ditinggalkan,” kata Hendrasmo.

Untuk itu, Direktur Utama meminta para Kasatker (Kepala Satuan Kerja) RRI se-Indonesia untuk mendukung dan melakukan akselerasi, membangun kapasitas dan meningkatkan kompetensi angkasawan-angkasawati RRI di seluruh Indonesia.* wasmowiyoto-kisuta.com


KATA KUNCI

BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya