Sabtu, 4 Mei 2024
Unik Menarik

Krisis Air dan Mencintai Lagi Pohon

Rabu, 13 September 2023
air.jpg
Net

KISUTA.com - Kemarau kering tahun 2023 ini ditandai dengan banyaknya daerah mengalami krisis air, seperti sering diberitakan media massa. Kejadian –tepatnya musibah kehidupan—ini berulang setiap tahun. Setidaknya sejak beberapa dekade lalu setelah pembangunan fisik semakin masif di Tanah Air.

Banyak orang harus berjalan beberapa kilometer hanya untuk mendapatkan air bersih di pompa-pompa air. Atau, banyak juga warga yang harus sabar menunggu datangnya bantuan air dari pemerintah daerah setempat. Masyarakat yang tinggal di daerah-daerah krisis air harus benar-benar berhemat dalam mengonsumsi air bersih.

Situasi yang menyedihkan itu sangat kontras dengan keadaan mudahnya masyarakat mendapatkan air bersih di lingkungan tempat tinggalnya beberapa dekade silam, di mana pun. Masa itu jumlah penduduk dan permukiman masih relatif sedikit. Belum banyak kompleks perumahan, perkantoran, pertokoan, dan pabrik.

Arus lalu lintas di jalan-jalan besar pun masih relatif sepi. Jumlah kendaraan bermotor dan mobil masih sedikit. Belum ada kemacetan di sana-sini. Udara perkotaan –apalagi pedesaan—masih sangat bersih. Lingkungan hidup masih sehat dan manusiawi.

Awalnya memang bumi diciptakan oleh Tuhan Yang Mahakuasa lebih dulu dari manusia. Begitu manusia diturunkan ke permukaan bumi, telah tersedia banyak pepohonan dan hutan-hutan lebat yang memproduksi banyak air. Bahkan air melimpah, sehingga sungai-sungai pun mengalirkan airnya dengan jernih, putih, bening.

Tempo dulu relatif tidak ada pencemaran. Karena itu dulu banyak jenis ikan pun bisa hidup nyaman di sungai dan laut. Begitu pula manusia sangat hobi mandi atau berenang di sungai-sungai yang airnya jernih. Banyak orang juga senang mengisi hari-hari liburnya untuk berenang di laut dangkal yang jernih.

Sikap mudah tebang pohon
Ketika jumlah penduduk terus bertambah dan terus membangun, pada gilirannya manusia lupa dengan pentingnya keberadaan pepohonan dan hutan-hutan lebat. Mereka lupa bahwa hadirnya pepohonan dan hutan di lingkungannya itu untuk mensejahterakan kehidupan manusia.

Sikap mudah tebang pohon, atau sikap menganggap enteng keberadaan pepohonan itu, pada gilirannya memang fatal. Yakni terjadi penggundulan hutan di daerah-daerah hulu sungai, sedangkan di daerah perkotaan pun semakin sedikit jumlah pohon yang hidup di lingkungan kompleks perumahan, permukiman, pertokoan, dan industri.

Dewasa ini, terutama di musim kemarau, udara sangat panas, dan mudah terjadi kelangkaan air bersih. Dulu menggali sumur hanya perlu kedalaman beberapa meter saja. Tapi saat ini membuat sumur harus menggali kedalaman puluhan meter karena permukaan air tanah semakin menukik ke dalam bumi.

Sebaliknya bila musim hujan tiba, mudah terjadi banjir bandang, minimal terjadi genangan air di mana-mana. Semua itu akibat keadaan lingkungan hidup yang semakin rusak. Memang sudah banyak upaya perbaikan lingkungan, tapi ternyata tidak seimbang dengan tingkat kerusakan yang telanjur terjadi.

Kembali mencintai pohon
Agar lingkungan hidup secara bertahap kembali membaik dan tidak terjadi krisis air, mungkin manusia harus sungguh-sungguh kembali mencitai perpohonan. Beragam jenis pohon ---jika perlu jumlahnya miliaran atau triiliunan-- harus ditanam lagi di lahan-lahan yang masih sangat memungkinkan. Termasuk di lingkungan taman-taman umum dan pekarangan rumah yang relatif sempit.

Sebagai upaya memotivasi untuk kembali mencitai pohon, mungkin kisah nyata dan sangat ilmiah berikut ini layak disimak bersama secara teliti dan mendalam. Mungkin para pakar di bidang tanaman dan pepohonan ini dapat melakukan sosialisasi agar kondisi lingkungan hidup kembali lestari dan tidak mengalami kerusakan yang parah.* wasmowiyoto-kisuta.com


KATA KUNCI

BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya