Anoman Duta
KISUTA.com - Perjalanan Anoman menuju Alengka disertai Para Punakawan, Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. Untuk memudahkan perjalanan, para punakawan dimasukkan dalam kancing gelung Anoman.
Saat fajar menyingsing, Anoman mengawali perjalanannya dengan menemui Batara Surya. Dimintanya Batara Surya mau mengikat matahari supaya tidak bergeser ke Barat, dengan demikian target 1 hari yang dijanjikannya pada Prabu Rama bisa lebih panjang. Batara Surya keberatan,dan tidak bisa menyanggupi kemauan Anoman. Maka terjadilah perkelahian antara keduanya. Semar keluar dari kantong gelung Anoman dan segera melerai perkelahian mereka. Akhirnya Semar sendiri yang minta agar Batara Surya mau menuruti kehendak Anoman. Batara Surya memenuhi keinginan Anoman, mengingat Semar adalah Sanghyang Ismaya ayahanda Batara Surya sendiri, Anoman meminta Batara Surya tidak melepaskan matahari sampai Anoman kembali ke Pancawati.. Batara Surya menuruti permintaan Anoman. Batara Surya mengikat matahari yang posisinya masih di atas kepala, sehingga negeri Pancawati akan mengalami siang yang berkepanjangan selama Anoman dalam perjalanan.
Nggegana di angkasa menuju Alengka, Anoman kehilangan arah. Anoman sudah berada di atas lautan Hindia. Laut luas membiru. Anoman terkejut merasa ada kekuatan besar yang menyedot tubuhnya, Tiba-tiba saja tubuh Anoman tertarik ke bawah dan masuk dalam perut raksasa. Raksasa itu Wil Kataksini, yang bertugas menjaga lautan Alengka. Tubuh Anoman tidak berdaya dan berusaha keluar dari mulut raksasa Wil Kataksini.
“Molah wwaining tasik ghûrnnitatara gumuruh dényangin sang Hanûmân, kagyat sésînikang sâgara kadi ginugah nâga kolâh alâwû, lunghâ tang bâyu madres kayu-kayu ya katûb kampitékang Mahéndra, sakwéhning wânarâ nghér kaburu kabarasat sangshayé shatru shakti." (Kakawin Ramayana)
Air laut berombang-ambing dengan dahsyat dan bergemuruh karena angin sang Anoman. Terkejutlah seluruh isi laut, seakan-akan naga dikocok dan menjerit terbangun. Berlalulah angin ribut dan pohon-pohon kayu jatuh bertumbangan, seakan-akan gunung Mahendra bergetar. Semua kera yang berdiam di sana terbirit-birit lari ketakutan seakan-akan dikejar oleh musuh yang sakti.
Anoman dengan sekuat tenaga menendang-nendang dan mencakar-cakar dalam perut Wil Kataksini. Kataksini merasa dalam perutnya perih dan geli. Anoman bertiwikrama di dalam perut Wil Kataksini, hingga pecahlah perut Wil Kataksini.. tubuh Wil Kataksini limbung, dan roboh, Wil Kataksini tewas.
Keluar dari pecahan perut Wil Kataksini Anoman jatuh terpelanting di daerah pegunungan. Suwelagiri. Dengan tubuh letih Anoman sementara tidak bisa terbang. Ia melanjutkan perjalanan lewat daratan dengan tertatih-tatih. Setelah berjalan sementara waktu, Anoman tidak kuat lagi. Ia jatuh pingsan. Semar, Gareng, Petruk dan Bagong, segera keluar dari kancing gelung Anoman. Dan membawa Anoman ke tempat berlindung.
Tidak jauh dari tempat itu, terdapat sebuah goa, yaitu Goa Windu tempat bersemayamnya Dewi Sayempraba. Dewi Sayempraba adalah selir Prabu Rahwana. Semar, Gareng, Petruk dan Bagong yang memapah Anoman sudah sampai di hadapan Dewi Sayempraba. Dewi Sayempraba segera menyambut kedatangan para tamunya. Setelah beberapa hari dirawat di dalam goa, Anoman sadar dari pingsannya. Ia terkejut ketika mengetahui dirinya berada di dalam istana yang megah, Anoman kagum ternyata di dalam goa terdapat istana yang megah dan indah. Ia pun melihat ada seorang dewi cantik berada di hadapannya. Anoman tertarik kecantikan Dewi Sayempraba. Saat merawat Anoman, Sayempraba selalu menggunakan kemolekannya untuk meruntuhkan iman Anoman. Dengan tubuhnya yang indah Sayempraba berganti pakaian, meloloskan busana tanpa malu-malu di hadapan Anoman. Anoman mulai terpedaya dengan kecantikan dewi Sayempraba. Dalam keadaan masih lemah Anoman mandah saja di arahkan dalam smaradahana sang Sayempraba.
Saat kesehatannya mulai membaik Anoman dan para punakawan dijamu dengan makanan yang lezat dan minuman yang menyegarkan. Anoman dan para punakawan makan dengan lahapnya.Anoman memang lapar. Sudah lama ia pingsan jadi sudah beberapa hari tidak makan. Selesai makan minum, Anoman berpamitan mau melanjutkan perjalanan menuju Alengka. Dewi Sayempraba menghalangi Anoman, agar tidak meninggalkan Goa Windu. Sayempraba menghendaki agar Anoman bersedia memperistrinya. Anoman menolak ajakan dewi Sayempraba. Karena sadar tugasnya sebagai duta Prabu Rama harus dituntaskan.
Sepeninggal Anoman, Dewi Sayempraba gundah gulana. Ia kecewa Anoman tidak menanggapi cintanya. Padahal Dewi Sayempraba sangat mencintainya. Namun Dewi Sayempraba percaya, kalau Anoman akan kembali ke Goa Windu pada suatu saat.
Baru beberapa saat berjalan meninggalkan goa. Tiba-tiba kedua mata Anoman melihat seberkas cahaya yang sangat menyilaukan. Kemudian pandangan menjadi gelap, Anoman menjadi buta Anoman menjadi sedih, Ia merasa gagal melaksana kan tugas dari Prabu Rama. Para panakawan memapah Anoman dan mencarikan orang yang dapat mengobati sakitnya.
Di Angkasa terbang burung Sempati, yang secara telepati di undang Semar untuk mendarat. Sempati mencoba mengobati Anoman. Sempati mengobati kedua mata Anoman dengan meneteskan air liur dari paruhnya. Luar biasa Anoman sembuh. Anoman sudah tidak buta lagi.
Anoman: Duh Kisanak...sungguh mulia budimu menyembuhkan kebutaanku.
Sempati: Ya...aku ini Sempati, saudara tua Jatayu yang pralaya karena ingin menyelamatkan Dewi Sinta dari tindak duratmaka Rahwana...saat nggegana tadi aku merasakan panggilan Hyang Ismaya guruku untuk menolongmu.
Anoman mendengar cerita Burung Sempati menjadi semakin yakin, bahwa yang menculik Dewi Sinta adalah Prabu Rahwana. Anoman dan para Punakawan berpamitan kepada burung Sempati, untuk meneruskan perjalanannya ke negeri Alengka Oleh Anoman para Punakawan dimasukkan kembali dalam kancing gelungnya. Kemudian Anoman melesat jauh keangkasa menuju Istana Alengka. Perjalanan Anoman ke istana Alengka dirasa tidak terlalu lama lagi. Setelah beberapa saat kemudian sampailah Anoman ke Istana Alengka.
Indrajit anak Prabu Rahwana yang sedang berjaga di luar Istana melihat sekelebatan makhluk asing yang berlalu di hadapannya. Indrajit penasaran, ia segera mencari ke seluruh penjuru Istana. Anoman sekarang sudah berada di taman Asoka. Ia bersembunyi di atas pohon Nagasari yang rimbun daunnya.
Sementara itu di Kaputren taman Asoka, Prabu Rahwana merasa kecewa, karena dewi Sinta belum mau diboyong ke dalam Istana.
Rahwana: Eeeee..ee..ee..cah ayu..Eee Widowati...eh Sinta...ayo, manut sajalah..mengapa bertahan di gandok taman...masuklah ke keputren istana yang mewah, dengan sutra lembut yang harum mewangi...engkau akan selalu menjadi ratu hatiku...
(Sinta melengos dan menjauh dari Rahwana yang berusaha meraih tangannya)
Rahwana: Wuiis..he..eee..kok menghindar terus...jangan begitu Sinta...aku terus memperlakukanmu dengan lembut. Karena aku ingin memilikimu tanpa paksaan...engkaulah cinta sejatiku...lihatlah...kalau aku mau, apa susahnya memaksamu? Tapi aku ingin engkau menyerahkan diri sukarela...bukan karena paksaanku...
Sinta: (Kembali menjauh dari upaya Rahwana meraih nya....dengan cemberut dan suara dingin Sinta berkata) Yaksa...sungguh biadab engkau memisahkan aku dari suamiku. Lakumu seperti pengecut yang berani menculikku saat tidak ada suamiku...yang seperti itukah disebut Raja gung binatara? Bagiku engkau tak ubahnya anak kecil yang menginginkan mainan sambil bergulung-gulung di lantai...tingkahmu jauh dari beradab. Kebiasaanmu yang mengendap-endap...bertindak busuk penuh akal muslihat...tidak mencerminkan keagunganmu sebagai raja...jadi jangan sumbar pamer perasaanmu padaku...engkau tidak tahu apa artinya cinta...di kepalamu hanya ada nafsu...karena cinta tidak kenal muslihat, tipu daya apalagi laku pengecut sepertimu...
Rahwana: Wuuuaaah...tajam wicaramu Sinta...huah, engkau mulai memancing kemarahanku...engkau hina aku sebagai laku pengecut !!!...hhmm..Rahwana Raja Alengka pemilik ilmu pancasona dan rawarontek ?....siapa pengecut ?...kalau Cuma bojomu yang lemah dengan adiknya...bisa dengan mudah aku bunuh dan aku bawa potongan kepalanya ke hadapanmu...huueeehhh..kamu mau begitu ?!!!...wuee..lha..dieman, di sayang kok malah menyakiti perasaan...apa kamu mau aku roda paksa...
Sinta: Yaksa...berhentilah mendekatiku...kalau berani menyentuh kulitku, akan kubeset kulitku...kau sentuh bajuku akan aku bakar kainku...
Emosi Rahwana terbakar mendengar kata-kata Sinta, dihunusnya kerisnya untuk merobek-robek kain Sinta dan memuaskan nafsunya yang menggelegak...
Trijatha (anak Gunawan Wibisana yang selalu menemani Sinta...menjerit dan menangkap tangan Rahwana yang meradang)
Trijatha: Aduuuh Uwa Prabu....bersabarlah Uwa...jangan begini...katanya Uwa cinta pada Dewi Sinta...mengapa amarah menjadi tembang cinta yang uwa sajikan...sabarlah Uwa...Trijatha akan berusaha membujuk uwa Dewi Sinta untuk memahami besarnya cinta paduka....Uwa Prabu, sarungkan keris ini....cobalah enggar-enggar penggalih dulu ke Uwa Bathari Tari...biarkan Trijatha yang bekerja menyadarkan uwa dewi Sinta, Wa Prabuuu.
Dengan menarik nafas panjang...Rahwana meninggalkan taman Asoka sesuai bujukan Dewi Trijatha.*
Ira Sumarah Hartati Kusumastuti - kisuta.com