Jumat, 17 Mei 2024
Wisata & Sejarah
Wayang

Kalamarica Rajam, Sarpakenaka Lena

Minggu, 20 September 2015

KISUTA.com - Kasatriyan Gutaka menampilkan kemuraman berkepanjangan, kasatriyan yang biasanya dimeriahkan dengan pesta pora, mabok mabokkan dan pelampiasan syahwat tanpa batas itu sekarang suram...pemilik kasatriyan Dewi Sarpakenaka, terus uring-uringan berteriak-teriak diselingi menangis pilu seperti orang gila.

“Aduuuh ..tobat...tobat...kakang Kaladusana...aku kangen pelukanmu kakang....duh, kurang ajar kau Rama Wijaya, kau bunuh suamiku yang tidak berdosa,...kakang Kakang Kala Nopati, engkau juga sudah tewas...hadiew...biyung....sekarang Detya Kala Yuyurumpung sayangku juga sudah pralaya...duh Anggisrana...Anggisrana, engkau yang paling lucu diantara kekasih hatiku...bodoh benar kau puji musuh kakang Rahwana...hingga engkau harus mati konyol....bodoh...bodoh engkau Anggisrana...huuaaaa...biyuuung...kurang ajar kalian orang Pancawati...hampir semua pacar-2ku dan suamiku sudah kalian bunuh...mengapa harus aku yg menderita...hadiew..tobat...tobat.”

Sarpakenaka, berguling-guling menangis diatas tempat tidurnya yg mulai terasa dingin untuk raseksi pemuja syahwat yang ditinggalkan para suami dan kekasihnya itu...

Kalamarica punggawa telik sandi Rahwana yang juga menjadi salah satu simpanan Sarpakenaka, mencoba menghibur kekasihnya itu...

Kalamarica: Yayangku, yang semok denok dubleng Sarpakenaka...sudahlah buat apa menangis berguling-guling begitu...masih ada aku kekasih sejatimu...ayo aku bawa engkau kelangit ketujuh, menikmati kebersamaan kita...

Sarpakenaka: Huuuh...enak saja...semua suamiku tewas...beberapa simpananku juga sudah pralaya...sekarang kau ajak aku bermain cinta...engkau pikir aku bisa menikmati...heh..Kalamarica, sungguh kejam engkau...apakah engkau tidak tahu, aku sedang sedih...

Kalamarica: Tentu saja aku tahu engkau sedang sedih diajengku sayang... tapi bukankah aku engkau sendiri yang mengatakan...kalau capek, sedih atau sedang sebal...bawa saja ke permainan cinta...pasti buyar semuanya...yang ada hanya gairah..hahahaha...ayolah Sarpakenaka, aku sangat mengenalmu...

Sarpakenaka: Hhheemmm...Kalamarica...seberapa besar cintamu padaku...

Kalamarica: Yaaahhh...kok masih terus ditanyakan sih..apa kurang aku membuktikan cinta dan kesetiaanku manisku...walaupun aku hanya engkau jadikan simpanan...kapanpun engkau membutuhkanku, bukankah aku selalu bersedia memenuhi hasratmu...engkaulah wanita hebat yang berani mendobrak tatatnan dan tidak peduli cibiran orang untuk memenuhi hasratmu...aku suka itu...cocok itu dengan aku yang berjiwa bebas...ayolah, kita nikmati saja kesukaan kita...lupakan mereka yg sudah tiada.

Sarpakenaka: Ehm...aku mau melayani engkau menuju langit ketujuh Kalamarica...(Sarpakenaka mulai genit melenggok-lenggok diatas tempat tidur) tapi..setelah selesai...temani aku, kita buat Pancawati karang abang...bantu aku melampiaskan dendamku yaaa....(tubuh Kalamarica ditarik Sarpakenaka ke peraduan...sejenak melupakan tangisannya yang pilu...Sarpakenaka sudah menemukan kesukaannya...membuat Kalamarica kewalahan melayani hasratnya yang begitu besar).

Pagi menampakkan kecerahan dengan sinar surya hangat menembus sela-sela pepohonan. Rahwana gelisah mendengar laporan telik sandi di bawah koordinasi Kalamarica bahwa pasukan Pancawati terus bertambah dengan adanya Tambak Situ Bandalayu, karena bala bantuan terus mengalir dari negara-negara sebrang yang simpati pada Rama.

Rahwana: Kurang ajar....heeiii Paman Patih Prahasta...kirimkan pasukan, hancurkan tambak itu, biar mudah bagi kita menghancurkan pasukan Pancawati yg ada di Suwelagiri... kalau tambah terus begini, kapan selesainya?

Prahasta: Anak prabu...kita sudah beberapa kali mengirimkan telik sandi dan duta...sebenarnya laporan mereka sama...melanjutkan perang ini adalah ke sia-siaan besar...akan banyak korban dan kerugian di pihak kita...belum lagi cemooh dunia akan tertuju pada anak prabu...menggelar perang besar hanya karena seorang wanita....Ooo anak prabu renungkanlah.

Grubyyyack....Rahwana meradang mendengar nasehat Prahasta, ditendangnya meja marmer di dekatnya sampai pecah berantakan...

Rahwana: Pengecut!!! Jangan banyak omong...ini urusan keagungan cintaku pada Sinta.. aku tidak peduli dengan pendapat kalian..laksanakan perintahku...aku ini rajamu ! Guoblok!!

Banyak omong sok kasih nasehat pula...huh...panggil anakku Sharababhuta....dia pasti bisa menghancurkan tambak itu!!!

Sharababhuta, adalah anak Rahwana dari Dewi Banggawati di kerajaan Rawakumbala, setelah diperintahkan Rahwana, Sharababhuta pun mengerahkan rakyatnya para siluman buaya untuk menjebol tambak....Malam itu terjadi kericuhan karena Tambak ambrol...Wibisana yang tanggap terhadap kesaktian Sharababutha segera meminta Anoman, Anggada, Anila dan Kapi Saraba menghadapi Sharababutha.

Kapi Saraba adalah wanara ciptaan Bathara Bayu. Ia ditugaskan sebagai pengasuh Anoman, Kapi Saraba mempunyai suara yang sangat bagus dan mahir melagukan kakawin Kitab Weda. Ia juga pandai mendongeng, memiliki watak penyabar, telaten dan penuh kasih sayang.

Kapi Saraba memiliki kesaktian pada suaranya. Apabila marah dan berkereceh/mbeker dapat memecahkan telinga, menakutkan dan menggetarkan serta meruntuhkan hati musuhnya. Dengan kesaktiannya ini ribuan siluman buaya mati mengambang sebelum bisa melanjutkan merusak tambak. Sharababutha ngamuk, dia dihadapi oleh Anoman yang dengan mudah dapat membunuhnya...Anggada dan Anila memimpin pasukan wanara menghancurkan kerajaan Rawakumbala.. Bahkan, Dewi Banggawatipun ikut tewas bersama ribuan rakyatnya yg berujud buaya, tertimbun kerajaan Rawakumbala setelah kawasan rawa di selatan Alengka itu ditimbun sebuah bukit yg diruntuhkan Anoman, sebagai balasan atas perusakan tambak secara beruntun, pada malam hari, yg dilakukan rakyat Rawakumbala itu.

Rahwana makin murka mendengar laporan kematian anaknya Sharababutha dan selirnya Dewi Banggawati, saat Sarpakenaka dan Kalamarica mengajukan diri maju ke medan laga, tanpa menoleh tangannya langsung memberi isyarat agar mereka segera berangkat tidak membuang waktu, menghancurkan Pancawati.

Kalamarica mengawali serangan dengan membawa pasukan buto cakil merangsek ke pesanggrahan Suwela giri. Pasukan buto cakil itu langsung dihadapi oleh panglima Anggada dan Anila, tanpa mengeluarkan tenaga berlebihan pasukan buto cakil yang banyak lagak itu hancur di tangan para panglima Pancawati.

Kalamarica meradang dan segera menyerbu Laksmana yg membuat api kecemburuannya karena dia tahu Sarpakenaka sangat tergila-gila dengan ksatria tampan ini.

Laksmana menghadapi serbuan Kala Marica dengan tenang..kesaktiannya yang jauh diatas Kala Marica, membuat pertarungan itu tidak seimbang, Kala Marica menjadi bulan-bulanan keris pusaka Laksmana, yang berulang kali menusuk tubuh Kalamarica, hingga akhirnya buto cakil punggawa andalan Rahwana, kekasih Sarpakenaka ini mati dengan tubuh terajam pusaka Laksmana, mati kehabisan darah.

Dewi Sarpakenaka, satu satunya adik wanita Prabu Dasamuka, akhirnya maju ke medan laga disambut Laksmana. Sarpakenaka yang memiliki sepasang kuku pancanaka dan semburan upas ular susah untuk di taklukkan. Perajurit Pancawati banyak yang terkena semburan upas Dewi Sarpakenaka, sehingga harus dirawat, bahkan ada juga yang tewas. Kematian Kala Marica membuat Sarpakenaka membabi buta mengumbar pembalasan dendamnya Laksmana berkali kali melepaskan panah pada Sarpakenaka, tetapi panah panah itu hancur terkena semburan upas.

Sekejam kejamnya Sarpakenaka, sebenarnya tidak tega juga pada Laksmana, Sejak di hutan Dandaka, Sarpa kenaka sudah jatuh cinta kepada Laksmana. Di dalam pertarungan mereka, Sarpakenaka lebih banyak merayunya daripada bertarung yang sebenarnya. Ia selalu mencubit dan mencolak colek tubuh Laksamana. Sehingga Laksmana menjadi risih.

Sarpakenaka: Duh cah sigit...cah bagus...mengapa kita harus bertarung mengadu nyawa seperti ini...engkau tahu aku mencintaimu....jadikanlah aku istrimu...atau simpananmu saja pun cukup....biarlah aku lupakan para suami dan selir-selirku...asal mendapatkan engkau cukuplah bagiku...

Laksmana: Sarpakenaka...engkau seorang perempuan, tidak pantas menjual murah dirimu seperti itu... sudah aku katakan, aku punya istri Dewi Urmila..dan aku bersumpah eka patni vrata, hanya akan menikah sekali seumur hidupku untuk menjunjung kehormatan istriku yang sangat aku cintai...buang jauh-2 pikiran kotormu...

Sarpakenaka: Cuma main dengan seorang wanita seumur hidupmu ???...hiiihhh apa enaknya...masa ngga mau coba dengan yang lain sih...bodoh sekali engkau Laksmana.. cobalah denganku...suamiku banyak akupun punya beberapa selir, tentu aku lebih ahli memuaskanmu dibandingkan istrimu yang lemah...ayolah cah bagus... rayu diriku...bawa aku terbang bersamamu... (Sarpakenaka terus melancarkan rayuannya tanpa malu-malu.. Laksmana makin muak dan menjauh dari Sarpakenaka yg dengan ajian mali warni sudah merubah wujudnya menjadi wanita cantik berpenampilan sexy bak Marylin Monroe).

Laksmana: Sarpakenaka, aku ingatkan sekali lagi...menyingkirlah engkau, aku tidak sudi berlaku serong...tindakan hina seorang suami yg lupa menghargai istrinya...dan membuka jurang noda yang hina bagi dirinya dimata keluarganya...pergilah engkau yaksa genit...

Sarpakenaka: Duuuh...makin engkau bertahan menghindariku...makin aku terangsang mendapatkanmu...Laksmana cah bagus...ayolah sebentar saja rasakan madu asmaraku....engkau pasti ketagihan... lagipula, apa yg engkau takutkan...bukankah istrimu tidak melihat perbuatan kita...ayolah...

Laksmana: dasar wanita lenjehan..kau tawarkan tubuhmu pada suami orang...patrap sedemikian itulah patrap terendah dari seorang wanita...aku tidak sudi mengotori diriku dengan prilaku dedemitan...bersembunyi dari istri mengumbar syahwat..duhai masih layakkah aku dihormati oleh istri dan anak-2ku kalau laku pengecut itu aku lakukan...tidak Sarpakenaka...

Sarpakenaka: Aah bodoh dan lemah...apa kamu memilih mati dibandingkan bermain asmara denganku?

Laksmana: Sarpakenaka..sekali lagi aku ingatkan..engkau itu perempuan.. seharusnya engkau bisa memilih hiasan bathin yang pantas untuk seorang perempuan... Mingkar mingkuring angkara..Akarana karenan mardi siwi..Sinawung resmining kidung,Sinuba sinukarta..Mrih kretarta pakartining ngèlmu luhung...Kang tumrap ning tanah Jawa.

Agama ageming aji ...(Wedhatama karya Mangkoenegara IV pupuh pangkur bait 1).

Seorang perempuan itu hei Sarpakenaka, seharusnya ..Menghindarkan diri dari angkara. Bila akan mendidik putra, Dikemas dalam keindahan syair...Dihias agar tampak indah. Agar tujuan ilmu luhur ini tercapai..Yang berlaku di tanah Jawa, Agama pegangan para pemimpin...Apa yang engkau lakukan ini jauh dari budi pekerti luhur perempuan, yang seharusnya punya tata krama, suci dan bersih menyiapkan dirinya sebagai ibu yang mampu mendidik akhlak anaknya....kalau ibunya berlaku serong, murahan dan tidak punya moral..apakah engkau berharap anakmu tidak menurun watak murahanmu?

Nasehat Laksmana ini bagai menyiram minyak di bara dendam Sarpakenaka..dengan teriakan meraung Sarpakenaka menyerang Laksmana membabi buta...

Wibisana sebelumnya telah memberi tahu Laksmana bahwa kelebihan Sarpakenaka juga merupakan kelemahannya. Sarpakenaka dengan kuku Pancanaka memiliki kekuatan yang dahsyat, banyak perajurit Pancawati terkena sayatan kuku Pancanaka Sarpakenaka banyak pula yang tewas karena kuku Sarpakenaka mengandung racun ular berbisa.

Karena dicolek colek terus menerus oleh Dewi Sarpakenaka. Laksmana merasa risih,dan mundurlah ia dari peperangan. Wibisana mencari Anoman dan segera membisikan kepada Anoman agar kedua kuku Pancanaka Sarpakenaka dicabut. Anoman mendekati Sarpakenaka, Sarpakenaka tidak mengetahui kalau musuhnya sudah bukan Laksmana, tetapi Anoman. Sarpakenaka tenggelam dalam lautan cinta, Sarpakenaka lengah, dan tercabutlah kedua kuku Pancanakanya oleh Anoman. Dewi Sarpakenaka menjerit kesakitan. Dewi Sarpakenaka dengan menahan kesakitan, membabi buta menyerang dengan upas upas yang selalu menyembur dari mulutnya. Ia mencari Laksmana, dan akan membalas sakit hatinya. Ia mengira Laksmana lah yang mencabut kedua kuku Pancanakanya. Banyak perajurit Pancawati tewas terkena semburan Dewi Sarpakenaka. Untuk menghentikan semakin banyak korban berjatuhan, Laksmana segera melayangkan panah Surawijaya kepada Dewi Sarpakenaka. Dewi Sarpakenaka tewas seketika dengan membawa cintanya yang gagal pada Laksmana.*

Ira Sumarah Hartati Kusumastuti - kisuta.com


BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya