Kamis, 16 Mei 2024
Wisata & Sejarah
Wayang

Laksmana Kembar

Sabtu, 17 Oktober 2015

KISUTA.com - Syahdan, di bilik Dewi Trijata, gadis manis ini sedang melamun, sambil menunggu keputusan ayahandanya yang akan mengantarkannya menyeberang Tambak Bandalayu mengembalikannya ke keputren taman Argosoka sekalian menjemput Dewi Sinta. Angan Trijata terus membayangkan wajah Laksmana yang telah menolaknya karena kesetiaannya pada Urmila. Trijata tak mampu menyingkirkan madu asmara di hatinya. Penolakan Laksamana makin membuat jejaka itu memiliki nilai yang tinggi di hatinya....Aaah andai Laksmana bertemu dengannya terlebih dahulu dari Urmila...tentu kesempatan bersanding dengan Laksmana lebih besar...

Saat lamunannya membuatnya terlena, Trijata tercekat dengan debaran gemuruh di dadanya, Laksmana laki-laki yang membuatnya tak nyenyak tidur telah berada di sampingnya.

Laksmana: Yayi Trijata...Rahwana telah lena, maukah si Adi saya antarkan kembali ke Alengkadiraja sambil kita nikmati indahnya pantai menyeberang tambak Bandalayu...

Trijata: Oo..ooh..i..ya..raden...sebenarnya kanjeng rama berencana mengantarkan hamba, tetapi...kalau raden bersedia...ehmm..mm...hamba lebih baik bersama raden saja..tampaknya kanjeng rama masih repot....(Trijata kegirangan, dan tidak ingin kehilangan kesempatan berduaan dengan pujaan hatinya)

Dua sejoli itu berjalan beriringan meninggalkan tenda...perlahan perjalanan mereka menembus semak belukar menuju tepi pantai...semilir agin berbisik aroma dedaunan yang diguyur embun membawa suasana magis romantis...lamunan asmara Trijata, membuatnya hilang kewaspadaan...saat sentuhan-sentuhan tangan Laksmana mulai menggetarkan sukmanya...tanpa kata, tanpa ucapan..tidak perlu tanya tidak butuh jawaban, dua anak manusia itu sudah terpagut asmara tanpa batas.....waktu seakan berhenti pada asyik masyuk mereka.

Setelah menyerahkan bayi Dasawilukrama kepada Sri Rama, Wibisana bergegas menuju tenda bilik Trijata. Sesuai janjinya Wibisana akan mengantarkan anaknya itu kembali ke Alengkadiraja. Terkejutlah Wibisana melihat bilik Trijata telah kosong. Dari para pengawal Wibisana mendengar bahwa Trijata terlihat meninggalkan tenda bergandengan tangan dengan Laksmana.

Wibisana segera menemui Sri Rama untuk meminta ijin menyusul anaknya. Saat bertemu Sri Rama terkejutlah Wibisana melihat Laksmana berdampingan dengan Sri Rama tanpa adanya Trijata.

Wibisana: Lho...Raden Laksmana...eh...ke mana anak saya Trijata raden? Kata para pengawal tadi raden menggandeng anak saya keluar dari biliknya...

Laksmana: Paman Wibisana...saya tidak pernah bergeser dari sisi rakanda Rama...saya tidak tahu di mana putri Paman...

Anoman: Hheemm..raden Laksmana, paduka satria pideksa...janganlah berdusta, Dewi Trijata gadis manis jelita...kalau paduka ada hati padanya, janganlah bermuka dua...

(Terdorong rasa cemburunya, Anoman mencoba menegur Laksmana, karena sekilas, diapun melihat Laksmana bergandengan tangan dengan Trijata yang membuat darahnya mendidih diamuk cemburu...hingga dia menyingkir menjauh)

Laksmana: Apa maksudmu Anoman? Engkau menuduhku? Aku benar-benar tidak bertemu dengan Trijata hari ini...

Anoman: Mata saya sendiri yang melihat betapa raden Laksmana menjemput Dewi Trijata di biliknya, dan menggandeng mesra sang Dewi menuju tepi pantai....mengakulah raden, engkau sembunyikan dan engkau tinggalkan di mana Dewi Trijata.....sungguh laku pengecut, kepada kami engkau mengaku setia pada Dewi Urmila, mengapa di belakang kami kau gunakan ketampananmu memikat gadis yang polos?

Laksmana: Jagad Dewa Bathara...kejam sekali tuduhanmu...aku bukan lelaki sehina itu.. Kesetiaanku pada istriku Urmila, adalah tekadku yang akan aku jaga hingga pecat nyawaku...

Ketegangan mulai melingkupi suasana Suwelagiri, di saat seperti itu Prabu Rama matek aji Bayu Sekilan...seperti ada topan kecil yang bergulung-gulung menembus hutan belukar sekitar Suwelagiri...terdorong oleh kesaktian aji itu, dua anak manusia Trijata dan Laksmana, dalam pakaian dan rambut awut-awutan terbawa tersungkur di hadapan Prabu Rama.

Melihat ada Laksmana lain bersama Trijata dengan penampilan menyiratkan prilaku mereka, Anoman yang dari tadi sudah diamuk rasa cemburu, tidak dapat menahan dirinya. Laksmana yang tersungkur di depan Rama ini dijambaknya....terjadilah perang tanding yang seru di antara keduanya....Beberapa saat kemudian tampaklah bahwa kesaktian Anoman jauh di atas Laksmana ini, perlahan-lahan karena menahan kesakitan, badar wujud Laksmana yang ternyata jadi-jadian itu...beralih ke wujud monyet tua berwajah Begawan...ternyata dia adalah Kapi Jembawan...

Dewi Trijata menjerit menyaksikan peristiwa ini, tak tahan dengan derita dan malunya Trijata pingsan di pelukan ayahnya. Wibisana sangat prihatin, membelai putrinya penuh kasih hingga siuman kembali dan terus terisak di pelukan ayahandanya.

Sri Rama: Kapi Jembawan...apa yang engkau lakukan ini...engkau sudah madeg kapanditan, bergelar begawan... bagaimana engkau bisa merusak pager ayu dengan pengecut engkau balut wajahmu menggunakan wajah adikku Laksmana...

Kapi Jembawan: Duuh Sinuwun, nyuwun sakgunging pangaksami..iya saya bersalah saya siap dihukum...saya akui, rasa cinta saya pada nini dewi Trijata membuat saya kehilangan nalar...ampuni saya sinuwun, biarlah saya perbaiki kesalahan saya...nikahkan saya dengan nini Dewi Trijata untuk menutupi aibnya...seumur hidup hanya dialah yang akan menjadi pendamping saya...

Sri Rama: Jembawan...sungguh mengecewakan...engkau putra Resi Pulatsya seorang Brahmana luhur...seharusnya engkau bisa mengendalikan diri... “Eling-eling kang samya mangudi nalar, away kongsi nemahi, kadrojoging tekad, lah pada den prayitna, sayekti ambebayani, luwih agawat, watgating trang ing urip.” (Serat Sastra Gending – Sultan Agung Hanyokrokusumo)...Perlu diingat oleh orang yang melatih pikiran, jangan sampai terjadi hasrat / nafsu tanpa kendali, haruslah itu diperhatikan, karena sangat berbahaya, dapat menghancurkan kehidupan....Nini Trijata....apakah engkau mau dinikahkan dengan Kapi Jembawan...

Trijata terus menangis terisak...terbayanglah kutukan Rahwana bahwa kelak dia akan bersuamikan kera tua buruk rupa...ternyata terbuktilah kutukan itu telah terjadi...rasa malu, jengah dan kekecewaan yang dalam mencengkeram jiwanya...membuatnya tak mampu berkata-kata. Trijata berada pada suasana menyalahkan dirinya sendiri...betapa kewaspadaan telah meninggalkan dirinya.

Seharusnya dia tahu diri saat Laksmana (asli) menolaknya dan mengungkapkan kesetiaannya pada Urmila, pupus sudah harapannya. Saat nafsunya menyingkirkan nuraninya...Trijata menjual murah tubuhnya digauli suami orang, dan sekarang inilah azabnya...sungguh, Trijata memahami kesalahannyalah yang membuat kutukan Rahwana menemukan jalannya.

Mendengar kata-kata Sri Rama yang memintanya menjadi istri Kapi Jembawan....dengan beban yang begitu berat atas azab yang harus disandangnya...Trijata menganggukkan kepala, bagaimanapun juga Aib ini harus ditutup...terus mengalir pertobatan dan penyesalannya...doa mohon pengampunan dan harapannya dia tangiskan dalam hatinya...semoga doa penangkal Rakyan Sinta berhasil...walau suaminya kera tua buruk rupa...kelak dari rahimnya akan lahir putri jelita pendamping titisan Bathara Wisnu berikutnya.*

Ira Sumarah Hartati Kusumastuti - kisuta.com


BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya