Kamis, 16 Mei 2024
Wisata & Sejarah
Wayang

Rama Jadi Pandita

Selasa, 3 November 2015

KISUTA.com - Kesedihan Rama kehilangan Sinta, dan penyesalannya yang tak berujung atas pilihan sikapnya, membuatnya mengambil keputusan untuk menyerahkan tampuk pemerintahan kerajaannya pada anak-anaknya.

Pada suatu hari dikumpulkannya anak-anaknya dan segenap bangsawan negri, karena Rama ingin menentramkan diri menebus segala kesalahannya, dan memusatkan diri untuk memayu hayuning buwana dengan menjadi Brahmana di pertapaan Kutarungu didampingi adiknya yang setia Laksmana.

Rama: Anakku Lawa dan Kusa, mungkin kalian tahu penyesalanku ditinggalkan ibundamu, akan selalu menyiksa hari-hariku, hingga tiba masanya sukma kami dipertemukan kembali. Karena itu anak-anakku, biarlah kuisi hari-hari penantianku dengan penebusan kesalahanku pada ibumu..aku akan meninggalkan segala kemewahan hidup dan kekuasaan yang telah menjeratku menjadi suami yang kurang peka.

Lawa & Kusa: Kanjeng Rama, lalu bagaimana dengan kerajaan ini?

Rama: Anak-anakku, aku percaya pada kemampuan dan kesaktian kalian. Lawa aku serahkan kerajaan Ayodyapala kepadamu, selanjutnya engkau akan bergelar Prabu Rama Badlawa. Dan Kusa, engkau akan memerintah kerajaan Mantili, kerajaan asal ibundamu yang diserahkan eyangmu prabu Janaka padaku. Kusa akan bergelar Prabu Rama Kusya.

(Tepuk tangan membahana di pendapa itu mendengar sabda Rama Wijaya)

Rama: Anoman, majulah engkau..engkau akan hidup panjang usia mengawal kebajikan sepeninggalku Anoman. Hidupmu akan terbagi dalam 3 zaman pengabdian yaitu:

Zaman Tirtayuga, inilah saat seperempat penduduk dunia menjadi orang yang berperilaku dengki, iri dan suka mengambil yang bukan miliknya. Yang baik hanya tinggal tiga perempat bagian saja. Inilah masa-masa kita Anoman ketika manusia sadar bahwa tata kehidupan mereka menjadi terbagi atas 4 kasta, Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra. Kemudian engkau masih akan hidup di Zaman Duparayuga, saat manusia terbagi menjadi dua bagian. Yang separuh menjadi orang jahat dan separuh sisanya tetap baik. Jumlah agama makin banyak, tetapi yang memperhatikan kaidah dan norma agama itu makin sedikit. Banyak orang bertapa dan mencari kesaktian, namun sebagian dari mereka bertujuan buruk. Orang yang ingin berbuat kebaikan makin banyak godaan dan halangannya. Hidupmu masih berlanjut di Zaman Kaliyuga, inilah zaman keburukan menang atas kebaikan. Golongan manusia yang masih berjalan di jalan keutamaan tinggal seperempat bagian saja. Sisanya sudah menjadi orang jahat. Agama, walaupun makin banyak macamnya, hanya menjadi simbol dan citra. Banyak orang malas, tetapi mereka selalu iri pada keberhasilan orang yang rajin. Orang takut melarat, tetapi tidak berusaha untuk menjadi kaya. Zaman ini adalah zaman ketika usia dunia telah tua, telah mendekati akhir zaman.

Anoman: Aaah, kalau sedemikian panjangnya usia hamba, lalu pada saat apa hamba meninggalkan dunia ini Sinuwun?

Rama: Kelak engkau akan mengawal pusaka Jimat Kalimasada, engkau baru tahu makna dari pusaka itu, saat bertemu dengan seorang bijak yang memadukan ajaran batiniah dan keindahan cipta karsa manusia, saat makna pusaka itu kawedar saat itulah tugasmu usai dan kamu bisa kembali ke kasedan jati.... (Hening suasana di pendapa meresapi sabda Sang Rama)

Setelah menyerahkan tampuk pemerintahannya Rama dan Laksmana berganti busana kapanditan dan berjalan mendaki Gunung Kutarungu, diiringi Anoman yang mengantarnya, untuk kemudian berpisah karena Anoman sendiri memilih bertapa di bukit Kendalisodo.*

Ira Sumarah Hartati Kusumastuti - kisuta.com


BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya