Jumat, 17 Mei 2024
Wisata & Sejarah
Wayang

Dewi Andrika Dapat Supata, Durgandana Durgandini Lahir

Rabu, 18 November 2015

KISUTA.com - Sepeninggal Bathari Gangga, Prabu Santanu membesarkan Dewabrata dengan penuh kasih sayang. Sang Putra Mahkota Astinapura ini mewarisi kegagahan eyang dan ayahnya. Pangeran Dewabrata atau dikenal juga dengan nama Bisma, menjadi teruna yang sakti mandraguna, tampan dan berbudi luhur. Karena dibesarkan oleh ayahnya saja, maka Dewabrata sangat mencintai dan menghormati ayahnya. Dewabrata sangat patuh dan berbakti pada ayahnya. Prabu Santanu sendiri, belum berniat mencari pengganti Bathari Gangga, segenap perhatiannya masih tercurah pada rasa kasihnya ke putranya, hingga keinginan beristri lagi terabaikan oleh hubungan ayah dan anak yang begitu solid.

Syahdan di belahan lain hutan Dandaka, Maharesi Wiswamitra yang sedang bersemedi untuk menaikkan derajat ke'resi'annya, merasa terganggu dengan celoteh beberapa bidadari yang bermain-main disekitar pertapaannya. Resi Wiswamitra meminta mereka menjauh dari pertapaannya...tetapi Bathari Andrika, salah satu bidadari itu melawannya dengan ketus.

Wiswamitra: Hai kalian para Bidadari, pergilah jangan mengganggu meditasiku...

Andrika: Iiih, pertapa bau...apa pedulimu dengan keberadaan kami...kamu tidak punya hak menyuruh kami pergi dari sini...

Wiswamitra: Hhmm...sungguh terlalu, kalian bidadari yang seharusnya menjadi bunga swargaloka..ternyata hanya pandai menggoda dan meruntuhkan iman (Wismamitra terbangkitkan amarahnya, karena teringat betapa tapa bratanya juga pernah dipatahkan oleh Bathari Menaka)...Baiklah, aku sadar ketika mengutukmu, tapa brataku harus aku mulai lagi dari awal...tetpi inilah pilihanku...agar kalian tidak semena-mena memperlakukan kami tanpa rasa hormat...Engkau yang bermulut pedas...kau katakan aku sebagai pertapa bau...maka jalanilah hidupmu sebagai ikan yang berbau amis, hingga tiba masanya benih manusia membawa dan meluruhkan kutukanku yang akan terbawa oleh jabang bayi yang kelak akan kau lahirkan...

Duar!!!...kilatan petir disambung angin topan yang dahsyat, sambung menyambung mengiringi kutukan Wiswamitra, Bathari Andrikapun berubah wujud menjadi ikan yang besar, menggelepar-2 yang segera dibawa bathari lainnya yang menangis menjerit mendengar kutukan Wiswamitra, ikan itu dicemplungkan ke sungai Gangga, dan hidup di Sungai itu menunggu nasibnya.

Sementara itu di Kerajaan Wirata, tersebutlah seorang raja sakti bernama Basuparicara, Sang Prabu memiliki kelebihan mampu memahami dan bercakap-cakap dengan binatang. Sang Prabu menyadari jika ilmu ini dia terapkan setiap saat maka habislah waktunya tersita oleh perhatian pada apa yang disampaikan oleh para binatang di sekitarnya. Oleh karena itu saat beliau berada di hutan dikelilingi binatang buruan, beliau sengaja memusatkan perhatian dan pikirannya pada istrinya yang cantik Dewi Girika, untuk mengurangi pengaruh ilmunya.

Tibalah saat Prabu Basuparicara berburu di hutan, kecantikan wajah dan kemolekan tubuh istrinya tak pernah bisa lepas dari pikirannya. Kerinduan puncak dari seorang suami kepada istri, berubah menjadi dorongan nafsu yang tumpah dari kelelakiannya. Akibatnya, air kama Prabu Basuparicara jatuh di atas dedaunan talas yang tumbuh di pinggir hutan. Di mata Prabu Basuparicara kama yang jatuh itu adalah wujud kerinduannya kepada istri yang amat dicintanya, oleh karenanya Sang Prabu ingin menyampaikan kerinduan itu kepada Dewi Girika. Dengan kemampuannya berbahasa binatang, Prabu Basuparicara memanggil burung Gagak untuk mengantarkan air kama yang sudah dibungkus dengan daun talas itu kepada istrinya. Maka terbanglah burung Gagak tersebut membawa kerinduan Prabu Basuparicara kepada Dewi Girika. Di tengah perjalanan, burung Gagak tersebut diterjang oleh burung Elang, maka jatuhlah kama yang dibawa dengan paruhnya ke sungai Gangga.

Kama di daun talas ini disambar dan disantap ikan jelmaan Bathari Andrika, hingga sang ikanpun hamil. Pada saatnya Ikan jelmaan Bathari Andrika melahirkan sepasang bayi kembar, laki-laki dan perempuan. Sesuai dengan perjanjian tentang lepasnya kutukan Begawan Wiswamitra, setelah melahirkan sepasang anak kembarnya, Bathari Andrika berubah menjadi bidadri kembali. Karena tidak mungkin merawat anak kembarnya sebagai bidadari, Bathari Andrika menyerahkan sepasang anak kembarnya kepada suami istri tukang perahu di pinggir sungai Gangga bernama Dasabala.

Andrika: Kyai Dasabala...terimalah kedua putra putriku ini, asuhlah sebagai anakmu sendiri, hingga cukup umurnya untuk engkau serahkan pada ayahandanya...

Dasabala: Jagad Dewa Bathara....aah..bayi-bayi mungil yang tampan dan cantik...puji syukur bagi kami yang tak berputra...siapakah andika Bathari...bagaimana andika bisa memiliki putra putri seelok ini, dan sekarang menyerahkan dua mestika agung ini pada kami yang miskin ini...

Andrika: Jangan merendah dan merasa miskin Dasabala, aku memilihmu untuk membesarkan anak-2ku terkasih karena aku bisa melihat kekayaan jiwamu...(Bathari Andrika kemudian menceritakan asal muasal dia dikutuk menjadi ikan, sampai menelan kama prabu Basuparicara dari Wirata, dan melahirkan sepasang bayi kembar itu)

Andrika: Didik dan sayangi anak-anakku sebagai anakmu sendiri, percayalah sejak kedua anak ini ada di pondokmu, aku akan mencukupi kebutuhanmu hingga engkau tidak akan pernah kekurangan, agar mudah bagimu mencukupi kebutuhan putra putriku...

Dasabala : Ooh Bathari, menerima anugerah putra putrimu ini sungguh karunia bagiku...tanpa janjimu aku akan lebih rajin mencari ikan dan menyeberangkan orang, agar anak-anak ini hidup berkecukupan dan mulia...

Dewi Andrika tersenyum mendengar tekad Dasabala, tidak salah pengamatannya memilih pasangan sederhana ini. Didekatkannya bibir indahnya pada kedua anak kembarnya, pesannya tersusun runtut dalam tembang dhandanggula.

Suami istri Dasamala, menerima kedua bayi kembar itu dengan penuh takzim dan rasa syukur dari tangan Bathari Andrika.

Kedua bayi itu diberi nama Raden Durgandana dan Durgandini.*

Ira Sumarah Hartati Kusumastuti - kisuta.com


BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya