Rabu, 15 Mei 2024
Wisata & Sejarah
Wayang

Sumpah Wadat Dewabrata

Senin, 7 Desember 2015

KISUTA.com - Kehadiran permaisuri di Hastinapura, membawa suasana semarak. Prabu Santanu merasa bahagia karena melihat betapa kasihnya Dewi Satyawati pada Dewabrata, sebaliknya Dewabratapun demikian hormat dan berbhakti pada ibu tirinya.

Hanya Dewi Satyawati dan Dewabratalah yang tahu apa yang melatarbelakangi hubungan yang demikian mulus tanpa wasangka. Dewabrata tidak pernah mengutarakan pada ayahandanya sumpah wadat yang dilakukannya sebagai tumbal kebahagiaan ayahnya.

Kebahagiaan Prabu Sentanu mempersunting Setiawati bertambah dengan kehadiran dua buah hati, Citragada dan Wicitrawirya. Kedua putra tampan ini meramaikan hari-hari indah Sang Prabu.

Suatu hari, sang Prabu berkenan memanggil Dewabrata untuk membicarakan penobatan Dewabrata sebagai raja Hastinapura, karena Santanu ingin madeg Brahmana menyepi bersemedi sebagaimana tradisi raja-raja sebelumnya.

Santanu: Anakku ngger Dewabrata, sepertinya sudah sampai pada waktunya, aku serahkan tampuk pemerintahan ke pundakmu Nak....Aku ingin lengser keprabon madeg kapanditan.

Dewabrata: Duh ayah, jangan sekarang..adik-adik Citragada dan Wicitrawirya masih kecil-kecil, tunggulah hingga mereka dewasa, agar mereka lebih siap Ayah...

Santanu: Usia ayah makin tua Dewabrata, menunggu adik-adikmu besar masih lama...lagipula bukankah yang penting engkau sebagai putra mahkota sudah dewasa dan siap anakku..tentu engkaupun bisa membantu ayah membimbing adik-adikmu...

(Senyap suasana di Pringgitan, Dewabrata bingung menyampaikan dasar dari penolakannya...hati-hati kembali ditolaknya permintaan ayahnya)

Dewabrata: Ayah...ayah tahu tidak ada perintah ayah yang ananda hindari...namun ayah, maafkan ananda untuk kali ini...demi kebahagiaan ayah dan ibu Satyawati bersabarlah, tunggulah sampai dimas Citragada dewasa...pada saat itu ayah bisa madeg kapanditan...

(Berkerut kening Santanu, dia sangat mengenal Dewabrata..penolakan secara halus putranya ini menyiratkan rahasia besar yang tiba-tiba meremas jantung Santanu...Santanu adalah raja yang sakti, kedalaman bathinnya bisa meraba hal besar yang disembunyikan sang anak).

Santanu: Ngger Dewabrata, apa maksudmu dengan kebahagiaanku dan Satyawati ? mengapa harus menunggu Citragada Dewasa?

Dewabrata: (Menyembah ayahnya dengan takzim, memeluk lutut ayahnya seakan menjaga agar ayahnya tidak terguncang) Beribu maaf ayahanda...sesungguhnya, untuk memboyong ibunda Satyawati ke Hastinapura, ananda telah melepaskan hak ananda sebagai putra mahkota Hastinapura. Ayah tahu, ibu Satyawati hanya mau diperistri oleh raja yang bisa menjadikan keturunannya sebagai pewaris tahta. Hal itulah yang ananda janjikan. Duh ayah...jangan marah pada ibu Satyawati, ananda ikhlas dan ananda bahagia melihat kebahagiaan keluarga kita kini.

(Santanu limbung, tiba-tiba kakinya seakan tak berpijak ketanah... andai dia tahu sedemikian besar pengorbanan putranya... sungguh tak layak dia menikmati kebahagiaan di atas masa depan anaknya yang terpupus...bulir-bulir bening airmata membasahi pipi sang raja).

Santanu: Jagad Dewa bathara..Ooo...Dewabrata, mengapa kau lakukan itu Nak... seharusnya akulah yang harus berkorban untukmu anakku...mengapa engkau tidak berterus terang pada ayah?

Dewabrata: Ampuni ananda ayah....sudahlah jangan dipermasalahkan. Nanda ikhlas dan bahagia, mari kita jalani pilihan hidup yang mulai menjadi suratan takdir ini...agar sesuai dengan harapan kita menuju kebahagiaan kita bersama ayah.

(Santanu menghela nafas panjang...anaknya adalah pangeran yang bijaksana betapa mulianya Hastinapura jika dipimpin raja seperti Dewabrata. Sekali lagi Santanu menghela nafas, dibangkitkannya putranya, dipeluknya erat...dengan penuh kasih, sabdanya pada Dewabrata).

Santanu: Ngger, baiklah kalau begitu...Karena usiamu sudah dewasa, carilah istri...lamarlah salah satu putri raja yang cantik dan baik...Hastinapura kerajaan besar...biarlah nanti ayah ambilkan salah satu negara jajahan untukmu dan keluargamu.

Dewabrata: Tidak ayah...ampuni anakmu ini, aku sudah bersumpah WADAT, aku tidak akan menikah seumur hidupku...aku tidak ingin keluargaku nanti akan menjadi sebab pertumpahan darah karena rebutan kekuasaan.

Santanu memekik lemah mendengar pengorbanan Dewabrata sampai sedemikian hebatnya. SUMPAH WADAT!!!...Duhai betapa naifnya dia, sang ayah yang tak tahu diri...ternyata kebahagiaan duniawi yang dia reguk selama ini, adalah hasil pengorbanan luarbiasa dari putra yang dicintainya....Dewabrata telah memupus masa depannya, untuknya...Santanu tidak kuat menyangga beban ini, tubuhnya yang tadinya limbung akhirnya jatuh pingsan dalam pelukan Dewabrata.

Usia sang prabu tidak panjang, ia meninggal karena sakit terbalut duka yang mendalam. Masa berkabung menyelimuti keluarga istana dan rakyat Hastinapura. Apalagi Dewabrata yang sangat mencintai ayahnya. Kini tanggung jawab menjalankan roda pemerintahan berada di pundaknya, karena Citragada dan Wicitrawirya masih kecil.*

Ira Sumarah Hartati Kusumastuti - kisuta.com


BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya