Kamis, 16 Mei 2024
Wisata & Sejarah
Wayang

Matswapati Krama

Minggu, 13 Desember 2015

KISUTA.com - Prabu Basuparicara atau Basupati di Kerajaan Wirata sedang membahas rencana perkawinan antara Raden Matswapati dengan Dewi Sudaksina, yaitu putri Resi Parasara yang tercipta dari rimpang kunyit.

Pernikahan keduanya dianggap penting, terutama untuk mendamaikan suasana tak nyaman antara Raden Matswapati dengan Resi Parasara, yang pernah dituduh menodai ayundanya Dewi Satyawati (Durgandini). Karena itulah saat Raden Matswapati menyatakan ketertarikannya dengan Dewi Sudaksina, Prabu Basupati segera mendukung dan meminta anaknya segera mewujudkan niatnya.

Basupati : Anakku Matswapati, niatmu mempersunting nini Dewi Sudaksina itu baik sekali. Karena akan membuat suasana tak nyaman dengan Resi Parasara menjadi badar...aku restui niatmu Matswapati.

Matswapati: Ya ayah, saat ini usia ananda sudah lebih 35th, dan diajeng Sudaksina masih remaja 15th, mohon restu agar ananda dapat membimbingnya.

Basupati: Engkau calon raja Wirata menggantikan aku Nak, sudah lumrah pergantian generasi itu harus disiapkan untuk menjadi lebih baik menyingkirkan kalabendu...camkan Matswapati, 15. Rasa wes karasuk; Kesuk lawan kala mangsanipun; Kawises kawasanira Hyang Widhi; Cahyaning wahyu tumelung; Tulus tan kena tinegor.

Matswapati menganggukkan kepala dengan takzim.

Dewi Sudaksina adalah putri pujan satu-satunya dari Resi Parasara, anak-anak Resi Parasara yang lain laki-laki, yaitu Abyasa, putra kandungnya, dan beberapa putra pujannya, yaitu Raden Setasama yang tercipta dari ari-ari Abyasa, Raden Bimakinca dari perahu, Raden Kincakarupa dan Rupakinca dari sepasang dayung Durgandini, dan Raden Rajamala dari kerak-kerak penyakit Durgandini. Karena putri satu-satunya dan Resi Parasara merasa kerepotan mendidik keputrian, maka Dewi Sudaksina dititipkan untuk diasuh oleh Resi Indradewa dan Dewi Watari, di Padepokan Bimarastana. Kesanalah lamaran Raden Matswapati ditujukan.

Menjawab lamaran Raden Matswapati, Raden Bimakinca (putra Resi Parasara yang tercipta dari perahu) menghadap Prabu Basupati untuk menyampaikan surat balasan dari Resi Indradewa. Dalam surat itu disebutkan bahwa lamaran Basupati terhadap Dewi Sudaksina diterima, namun saat ini Raden Setatama (putra Resi Parasara yang tercipta dari ari-ari Raden Abyasa) telah hilang entah ke mana. Dewi Sudaksina bersedia menikah dengan Raden Matswapati asalkan saudaranya itu ditemukan terlebih dahulu. Syarat permintaan itu disanggupi oleh Raden Matswapati yang segera meninggalkan Wirata mencari Raden Setatama.

Syahdan di tanah seberang tersebutlah seorang raja dari Kerajaan Anggastina, bernama Prabu Gajahsura yang memiliki adik perempuan bernama Dewi Hastipraba. Kedua orang ini mempunyai wujud aneh. Prabu Gajahsura adalah raksasa berkepala gajah, sedangkan Dewi Hastipraba adalah raksasi bertelinga lebar seperti gajah. Dewi Hastipraba bersuamikan Patih Wistakasura, pepatih Kerajaan Anggastina.

Prabu Gajahsura bercerita pada saudari dan iparnya bahwa ia bermimpi melihat seorang gadis cantik bernama Endang Kandini, putri Resi Kandihawa dari Padepokan Candiretna. Ia pun jatuh cinta kepada gadis tersebut. Ia berniat mencari Padepokan Candiretna untuk melamar Endang Kandini. Patih Wistakasura ikut menemani dengan membawa pasukan secukupnya, sedangkan Dewi Hastipraba tetap tinggal untuk menjaga istana.

Di tengah perjalanan, rombongan raksasa dari Anggastina itu berpapasan dengan rombongan Raden Matswapati dari Wirata. Terjadi kesalahpahaman di antara mereka yang berlanjut dengan pertempuran. Pihak Wirata yang dibantu Raden Bimakinca dan saudara-saudaranya, yaitu Raden Kincaka, Raden Rupakincaka, serta Raden Rajamala berhasil memukul mundur Prabu Gajahsura beserta pasukannya.

Setelah menghalau para raksasa dari Kerajaan Anggastina, rombongan Raden Matswapati melanjutkan perjalanan mencari Raden Setatama. Raden Matswapati mengarahkan pasukannya Gunung Saptaarga untuk meminta petunjuk Resi Parasara.

Saat ini di Padepokan Sapta Arga atau Wukir Retawu, Raden Setatama sedang menghadap ayahnya Resi Parasara bersama seorang perempuan dan pendeta raksasa. Raden Setatama memperkenalkan perempuan itu adalah istrinya yang bernama Endang Kandini, sedangkan sang pendeta raksasa adalah mertuanya, bernama Resi Kandihawa dari Padepokan Candiretna.

Resi Parasara heran melihat besannya berwujud raksasa, tetapi memiliki putri yang berparas cantik. Resi Kandihawa pun bercerita bahwa pada mulanya ia juga berwujud manusia, namun karena salah mempelajari ilmu akhirnya terkena kutukan dan berubah wujud menjadi raksasa. Untuk itu, ia ingin berguru kepada Resi Parasara supaya mendapatkan sarana pengruwatan dan bisa kembali menjadi manusia lagi.

Tidak lama datanglah Raden Matswapati beserta rombongan. Betapa bahagianya Raden Matswapati yang bertemu Raden Setatama di situ. Raden Matswapati pun menceritakan dari awal sampai akhir tentang Dewi Sudaksina yang menerima pinangannya tetapi dengan syarat Raden Setatama harus ditemukan terlebih dulu.

Akhirnya Raden Matswapati mengajak Raden Setatama ikut ke Kerajaan Wirata. Raden Setatama bersedia, dan ia pun menitipkan Endang Kandini beserta Resi Kandihawa di Gunung Saptaarga. Resi Parasara melepas kepergian putra keduanya itu dengan perasaan tidak tenang, seolah akan terjadi hal buruk menimpa padanya.*

Ira Sumarah Hartati Kusumastuti - kisuta.com


BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya