Muslihat Sengkuni
KISUTA.com - Sengkuni mulai beraksi menjalankan siasatnya memecah belah keluarga Hastinapura. Kegagalan Durna menyunting Rukmini, dimanfaatkannya menghasut Guru Besar itu, agar bisa menjadi sekutunya.
Sengkuni: Heh..heh..heh...gagal ya...ngga jadi dapat putri mulus, pulang hampa, tangan kosong...Oo Allah kakang Durna..itulah makanya sama murid jangan pilih kasih...kamu mendidik para putra pandawa sepenuh hati..sampai kesaktiannya melesat melebihi ponakan-ponakanku Kurawa..lihat hasilnya...perang tanding memperebutkan Rukmini, mereka membela Bathara Kresna sepupunya...prut, puput, kukut semua, hancurlah impianmu kakang...
Durna: Ggrrhhchhh...adi Sengkuni, kamu mengaku sahabatku.. tapi mengejek kegagalanku.. huh sahabat apa itu...
Sengkuni: Heh..heh..heh..sahabat itu tidak harus memuji terus, malah kalau bisa mengkritisi itu bagus, biar sampeyan lebih hati-hati nantinya. Eh kakang Durna..anak-anak Pandawa itu memang keterlaluan, disayang diperhatikan olehmu..eh malah mbela Narayana...tidak seperti ponakan-ponakanku Kurawa yang total membelamu to...
Durna: Yah, sudahlah..memang nasibku ngga berjodoh sama Rukmini...
Sengkuni: Lho kok nyerah...balas dulu perlakuan murid yang khianat itu.. dengarlah..aku punya rencana untuk mematahkan kekuatan Pandawa dan Kresna sainganmu itu...
Durna: Apa maksudmu...?
Sengkuni: Heemm..kakang Durna, selama Pandawa masih tinggal di Hastinapura, tentu kasih sayang Kakang Destarasta yang ditinggal mati adiknya Pandu, akan terbagi...aku punya gagasan, sebaiknya Pandawa dan Kunti dititipkan saja di Kasatriyan Pangombagan, tempat tinggal Yama Widura... dengan begitu kalau engkau mau mendidik extra kurawa supaya tidak kalah sama pandawa, ya santai saja...ngga perlu mereka merubungmu untuk belajar bersama...bagaimana kakang...
Durna: Atur sajalah..khan engkau patihnya...bagiku sama saja...
Siasat Sengkuni memindahkan Pandawa dan Kunti ke kasatriyan Pangombagan disetujui oleh Destarasta, yang tidak menyadari muslihat busuk di balik usulan itu.
Suatu hari Resi Abyasa bertandang ke Hastinapura, Sang Resi mengingatkan putra sulungnya agar minyak Tala yang didapatkan Prabu Pandu saat mengalahkan Nagapaya musuh para Dewa, segera diserahkan pada Pandawa. Minyak itu adalah pusaka kadewatan yang akan membuat orang yang dibasahi sekujur tubuhnya dengan minyak Tala akan kebal, tidak mempan senjata apapun, dan jauh dari penyakit. Karena minyak Tala itu didapat Pandu atas pengabdiannya pada para Dewa, maka selayaknya para putra Pandulah yang layak mewarisinya, Destarasta hanya dititipi sampai Pandawa dewasa.
Destarasta mematuhi peringatan ayahnya, diserahkannya Minyak Tala pada Resi Abyasa yang segera membawanya ke Kasatriyan Pangombagan.
Pembicaraan tentang khasiat minyak Tala dan rencana Abyasa hendak menyerahkan minyak Tala itu terdengar oleh Sengkuni dan Dursasana. Dengan mengendap-endap mereka berdua membuntuti Resi Abyasa.
Di Kasatriyan Pangombagan, Raden Yama Widura dan Dewi Kunti bangga dan terharu melihat perkembangan para putra Pandawa. Walaupun Dewi Kunti membesarkan sendiri anak-anak itu tanpa suami, terasa benar olehnya, semua seperti telah diatur oleh Sang Pemberi Hidup. Tak ada kesulitan membesarkan anak-anak itu, mereka tumbuh sesuai kodratnya.
Tak lama kemudian, datanglah Resi Abiyasa. Yamawidura, dan Dewi Kunti menyambut kedatangan sang ayahanda, dengan takzim. Resi Abyasa menyampaikan tujuannya berkunjung yaitu menyerahkan minyak Tala untuk dibalurkan merata kepada seluruh putra Pandawa. Belum selesai Resi Abyasa berbicara, Sengkuni dan Dursasana dengan kasar merebut minyak Tala, ternyata di belakang mereka para putra Kurawa lainnya juga saling mengintip, Resi Abyasa sampai terjengkang karena huru-hara itu. Dalam hiruk pikuk rebutan Minyak Tala itu, Resi Abiyasa yang terdesak sampai terjengkang jatuh, dan Dewi Kunti pingsan. Minyak itu jatuh di rerumputan.
Patih Sengkuni segera menanggalkan seluruh pakaiannya, dan dengan bertelanjang bulat ia ber-guling-guling di rumput yang basah karena minyak itu. Dengan demikian seluruh tubuh Sengkuni menjadi kebal, kecuali bagian dalam mulut dan duburnya. Saat itu karena melihat Dewi Kunti tergeletak pingsan, Sengkuni menyeringai "wow Kunti janda Pandu, tak pernah kau lirik aku yang selalu merindukanmu, sekarang tubuhmu tergolek menunggu belaianku..hihihih, tunggu sayang biar aku cicipi hangat tubuhmu." Patih Sengkuni mendekatinya dan menarik semekan (kain penutup dada)nya, tetapi sebelum ia berbuat lebih jauh, Dewi Kunti siuman. Saat itu juga Dewi Kunti berujar, tidak akan memakai semekan, jika tidak terbuat dari kulit Sengkuni.
Resi Abyasa sangat marah dengan kejadian itu, dengan sorot tajam menatap Sengkuni. Sang Resi bersabda: “Sengkuni!!...mulut kotormu sekali lagi membuat masalah...engkau boleh tertawa karena badanmu sudah terbasahi oleh minyak Tala, tetapi lihatlah minyak itu jatuh di rerumputan dan tidak akan mungkin membasahi mulut dan duburmu, karena itu waspadalah dengan kematianmu yang akan menyobek mulutmu hingga keduburmu....Hem Destarasta, sungguh aku kecewa caramu mendidik putra-putramu Kurawa...tidak pantas para pangeran kerajaan berprilaku kasar dan tanpa tata krama....sungguh mengecewakan...” Sang Resi melepas jubahnya dan menutupkannya ke tubuh Dewi Kunti yang terbuka sebagian.
Sejak saat itu, Dewi Kunti hanya mengenakan jubah lorodan (bekas pakai) milik Begawan Abiyasa.*
Ira Sumarah Hartati Kusumastuti - kisuta.com