Senin, 29 April 2024
Wisata & Sejarah

Ramadhan di Irak Tetap Semarak

Minggu, 12 Juni 2016

KISUTA.com - Meskipun situasi keamanan semakin panas dengan adanya ISIS, namun bulan Ramadhan di “Negeri 1001 Malam” ini tetaplah semarak. Umat muslim di Irak berusaha menyambut bulan penuh berkah ini suka cita.


Pedagang Pasar Shorja yang terletak di kawasan komersil Baghdad, merupakan sebagian dari masyarakat Irak yang menyambut suka cita bulan Ramadhan. Seperti bulan Ramadhan yang sudah-sudah, mereka akan banjir pembeli. Sebagian besar penduduk Irak akan menyerbu Pasar Shorja, karena sudah menjadi tradisi setiap menjelang bulan Ramadan, mereka berbelanja di pasar yang usianya sudah mencapai 400 tahun ini.


"Berbelanja ke pasar ini sebelum Ramadhan adalah tradisi yang tidak bisa kami tinggalkan begitu saja, meski harus menghadapi risiko. Kami membeli apa saja yang kami butuhkan untuk membuat makanan khas Irak di bulan Ramadhan, " begitu kata umat muslim Irak.


Pasar Shorja memang hanya ramai pada bulan Ramadhan saja. Pedagang membuka kiosnya sejak sore hingga malam hari. Beraneka kebutuhan penduduk Irak dijual di sini, umumnya bahan kebutuhan pokok dan makanan khas Ramadhan.


Selain berbelanja di Pasar Shorja, ada lagi tradisi yang dilakukan umat muslim Irak selama bulan Ramadhan, yaitu mousaheratis. Tradisi mousaheratis adalah kebiasaan membangunkan sahur yang dilakukan seorang pria dengan menabuh drum di sekitar lingkungan dan dilakukan selama 30 hari. Sambil menabuh drum, sang pria berteriak “sahur, sahur, sahur” untuk membangunkan warga supaya tidak telat makan sahur.


Sayangnya tradisi mousaheratis hampir punah, seiring dengan diberlakukannya jam malam. Hanya sebagian kecil penduduk yang masih tetap mempertahankan tradisi ini, padahal di masa lalu masing-masing kampung memiliki mousaherati sendiri.


Sementara itu, penduduk Irak mengisi bulan Ramadhan dengan berpuasa, berdoa, dan mendalami Alquran. Ada juga berbagai kegiatan tradisional yang dilakukan masyarakat setempat. Salah satu tradisi menunggu waktu berbuka puasa di Irak adalah, mengobrol di kedai-kedai teh atau kopi. Ini biasanya dilakukan sore hari menjelang waktu berbuka puasa.


Ada juga tradisi storytelling yang dilakukan oleh seorang quissakhoun atau pendongeng yang menghibur pengunjung dengan cerita-cerita menarik berbau romansa dan heroisme. Tradisi ini biasanya dilakukan beberapa waktu menjelang berbuka puasa yang tujuannya untuk memupuk kebersamaan antarpengunjung.


Mengisi waktu di siang hari, kebanyakan umat Muslim di Irak ada yang melakukan permainan yang sangat populer dilakukan saat bulan Ramadhan, yaitu mheibis atau permainan cincin. Dalam permainan yang hanya diikuti oleh para pria ini, peserta dibagi dalam dua tim. Peserta harus menutupi seluruh tangan dengan selimut. Sebuah cincin kemudian diberikan kepada seorang peserta, dan peserta lain harus menebak di tangan siapakah cincin tersebut dipasangkan.


Permainan ini sangat diminati oleh masyarakat Irak karena tim yang kalah harus membelikan satu tray penuh makanan tradisional berupa baklawa dan zlabya, makanan khas Irak.


Tidak hanya orang dewasa, anak-anak pun turut beraktivitas sendiri dalam menjalani Ramadhan dengan tradisi majena. Layaknya perayaan Halloween di negara Barat, dalam majena, anak-anak berpakaian rapi dan pergi dari rumah ke rumah meminta permen atau makanan manis lainnya sambil bernyanyi.


Saat berbuka puasa, makanan tradisional yang paling umum ditemui di Irak adalah bihun goreng manis yang dijadikans sebagai makanan penutup. Waktu berbuka biasa dihabiskan secara kekeluargaan oleh umat Muslim di Irak karena saat Ramadan, kebersamaan adalah hal yang sangat penting.* Ati - kisuta.com


BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya