Minggu, 28 April 2024
Wisata & Sejarah
Jabal Magnet

Gunung Ini Punya Kekuatan Gaib Menarik dan Mendorong

Rabu, 10 Agustus 2016

KISUTA.com - Bagi umat Islam yang sudah melaksanakan ibadah haji dan umrah, pasti pernah mengunjungi Jabal Magnet (Magnetic Hill) atau Gunung Magnet. Dalam wisata ziarah di sela-sela menunaikan ibadah haji maupun umrah, Jabal Magnet merupakan salah satu tujuan wisata yang “wajib” dikunjungi.

Jabal Magnet berada di Madinah Al Munawarah, sekitar 30 kilometer dari Kota Madinah. Kawasan yang oleh penduduk setempat disebut Manthiqa Baidha atau perkampungan putih ini, memang sangat menarik. Jabal Magnet yang menjadi kawasan wisata penduduk Madinah awalnya ditemukan oleh orang suku Baduy. Saat musim haji, banyak jamaah yang menyambanginya. Pemerintah Arab Saudi lalu membangun jalan menuju lokasi tersebut. Di daerah yang terhitung hijau karena banyak ditumbuhi pohon kurma itu, juga dilengkapi sarana wisata lainnya. Ada tenda-tenda untuk pengunjung, ada mobil mini yang bisa disewa untuk merasakan tarikan yang disebut-sebut sebagai tarikan medan magnet.

Ketika memasuki kawasan Jabal Magnet, pengemudi sengaja mematikan mesin mobil. Menakjubkan, mobil berjalan sendiri ke arah berlawanan (mundur), bahkan sanggup mendaki tanjakan. Sementara itu, kendaraan yang melaju dengan kecepatan 120 kilo meter per jam, ketika memasuki kawasan ini, speed-nya perlahan-lahan turun ke 5 kilo meter per jam. Sehingga, gigi perseneling terpaksa diubah ke posisi dua. Sebaliknya, jika meninggalkan kawasan ini, mobil tanpa diinjak gas pun, bisa melaju dengan kecepatan hingga 120 km per jam.

Jabal Magnet berada di Kota Madinah dan sekitarnya berdiri di atas Arabian Shield tua yang sudah berumur sekitar 700-an juta tahun. Kawasan itu berupa endapan lava "alkali basaltik" (theolitic basalt) seluas 180.000 km persegi yang berusia muda (muncul 10 juta tahun silam dengan puncak intensitas 2 juta tahun silam). Lava yang bersifat basa itu muncul ke permukaan bumi dari kedalaman 40-an kilo meter melalui zona rekahan sepanjang 600 kilo meter yang dikenal sebagai "Makkah-Madinah-Nufud volcanic line".

Banyak gunung berapi terbentuk di sepanjang zona rekahan itu. Seperti Harrah Rahat, Harrah Ithnayn, Harrah Uwayrid, dan Harrah Khaybar. Tidak seperti di Indonesia yang gunung-gunungnya berbentuk kerucut, sehingga memberi pemandangan eksotis, gunung-gunung di Arab berbentuk melebar dengan puncak rendah. Kompleks semacam ini cocok disebut volcanic field atau harrah dalam bahasa Arab.

Harrah Rahat adalah bentukan paling menarik. Mempunyai panjang sekitar 310 km yang membentang dari utara Madinah hingga ke dekat Jeddah, kawasan ini mengandung sedikitnya 2.000 km kubik endapan lava yang membentuk 2.000 lebih kerucut kecil (scoria) dan 200-an kawah maar. Selama 4.500 tahun terakhir, Harrah Rahat telah meletus sebanyak 13 kali dengan periode antarletusan rata-rata 346 tahun. Letusan besar terakhir terjadi pada 26 Juni 1256, yang memuntahkan 500 juta meter kubik lava lewat 6 kerucut kecilnya selama 52 hari kemudian.

Ilusi Optik

Meskipun namanya Jabal Magnet, namun sebagian orang sangsi kalau kendaraan yang bisa bergerak sendiri itu disebabkan oleh tarikan medan magnet. Apalagi tidak semua benda-benda yang terbuat dari logam, ikut-ikutan tertarik mengikuti tarikan medan magnet.

Dilansir dari aliboron.wordpress.com, menurut fisikawan dan dibenarkan oleh pengukuran GPS (Global Positioning System), kendaraan yang bisa berjalan sendiri di kawasan jabal Magnet, merupakan fenomena yang disebabkan ilusi optik yang dihasilkan oleh lansekap gunung tersebut. Pepohonan dan lereng di kawasan tersebut atau garis cakrawala yang melengkung, dapat menipu mata. Jadi, saat jalan terlihat menurun, sebenarnya itu jalan tersebut menanjak. Sebaliknya, saat jalan terlihat menanjak, sebenarnya itu adalah jalan menurun. Tentu tidak semua bagian di daerah itu bisa menimbulkan efek ilusi, hanya pada titik tertentu dengan kondisi tertentu yang memungkinkan efek ini terjadi.

Masih dilansir dari aliboron.wordpress.com, apa yang terjadi di Jabal Magnet sesungguhnya terkait dengan bias sudut pandang dan sudut yang ganjil. Di kawasan ini memiliki cakrawala yang sepenuhnya atau sebagian besar terhalangi, sehingga sulit bagi mata manusia untuk menilai kemiringan permukaan. Jika kita berada di dalam mobil posisi kita semakin sulit mencari titik referensi yang handal, ditambah ilusinya oleh indera, keseimbangan tubuh, khususnya bila kemiringan lereng ini kecil. Akibat lain dari tidak adanya referensi adalah benda yang secara normal dianggap tegak lurus tanah (seperti pepohonan) dikira memang tegak lurus, padahal tidak. Ilusi ini serupa dengan ilusi kamar Ames, dimana bola dapat terlihat bergulir melawan gravitasi.

Lalu, mengapa kendaraan bisa berjalan sendiri? Apakah karena faktor medan magnet atau factor ketinggian (elevation)? Untuk menjawab pertanyaan ini, dapat dilakukan lewat pengujian sederhana menggunakan GPS. Menggunakan alat ini, ukur titik dasar dan puncak tanjakan. Catat ketinggian dasar tanjakan dan puncak tanjakan, perhatikan apakah benar sesuai dengan pengalaman indrawi sebelumnya? Mungkin karena adanya penjelasan ilmiah ini, maka Saudi Geological Survey (SGS) tidak heboh mengenai Jabal Magnet ini.

Selain di Madinah, fenomena seperti yang terjadi di Jabal Magnet yang dikenal dengan istilah gravity hill atau magnetic hill ini, terjadi di Indonesia, yaotu di Gunung Kelud dan Gunung Semeru. Di beberapa negara juga ada, seperti Liaoning, Shan Dong, Xi An (China), Taiwan, Utah (AS), Uruguay, India, dan Korea.* Ati - kisuta.com


BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya