Minggu, 28 April 2024
Wisata & Sejarah
Hajar Aswad

Batu Termulia dari Surga

Minggu, 28 Agustus 2016

KISUTA.com - Inilah batu yang paling mulia. Diturunkan Allah dari surga, dibawa Malaikat Jibril untuk menyertai Adam yang mendapat mandat menjadi khalifah di bumi. Ketika turun ke bumi batu jenis ruby ini bersinar terang dan dapat menerangi jagat, dari timur hingga barat. Namun semakin lama sinarnya semakin meredup dan akhirnya menghitam, sehingga diberi nama Hajar Aswad.

Tentang batu termulia ini, Rasulullah bersabda “Ketika Hajar Aswad turun, keadaannya masih putih, lebih putih dari susu, lalu ia menjadi hitam akibat dosa-dosa anak Adam” (HR Tirmidzi). Batu ini yang menjadi pondasi pertama Baitullah, kemudian hilang terkubur pasir selama ribuan tahun.

Namun, secara ajaib ditemukan kembali oleh Nabi Ismail ketika ia berusaha mendapatkan batu tambahan untuk menutupi dinding Ka’bah yang masih sedikit kurang. Batu yang ditemukan inilah rupanya yang sedang dicari oleh Nabi Ibrahim, yang serta merta sangat gembira dan tak henti-hantinya menciumi batu tersebut. Bahkan, ketika sudah tiba dekat Ka’bah, batu itu tak segera diletakkan di tempatnya. Nabi Ibrahim dan Ismail membawa batu itu sambil memutari Ka’bah tujuh putaran.

Pada awal tahun gajah, Raja Abrahah, penguasa Yaman yang berasal dari Habsyah atau Ethiopia, membangun gereja besar di Sana’a dan bertujuan untuk menghancurkan Ka’bah, kemudian memindahkan Hajar Aswad ke Sana’a agar mengikat bangsa Arab untuk melakukan haji ke Sana’a. Abrahah kemudian mengeluarkan perintah ekspedisi penyerangan terhadap Mekah, dipimpin olehnya dengan pasukan gajah untuk menghancurkan Ka’bah. Beberapa suku Arab menghadang pasukan Abrahah, tetapi pasukan gajah tidak dapat dikalahkan.

Ketika Abrahah bersiap untuk masuk ke dalam kota, terlihat burung-burung yang membawa batu-batu kecil dan melemparkannya ke pasukan Ethiopia; setiap orang yang terkena langsung terbunuh, mereka lari dengan panik dan Abrahah terbunuh dengan mengenaskan. Kejadian ini diabadikan Allah dalam surah Al-Fil.

Di antara peristiwa penting lainnya yang berkenaan dengan batu ini adalah yang terjadi pada tahun 16 sebelum Hijrah (606 M), ketika suku Quraisy melakukan pemugaran Ka’bah. Pada saat itu hampir saja terjadi pertumpahan darah yang hebat karena sudah lima hari lima malam mereka dalam situasi gawat, karena keempat kabilah dalam suku Quraisy itu terus bersitegang ngotot pada pendapat dan kehendak masing-masing siapa yang mengangkat dan meletakkan kembali batu ini ke tempat semula karena pemugaran Ka’bah sudah selesai.

Muhammad bin Abdullah yang waktu itu masih berusia 35 tahun, tampil menjadi pendamai. Muhammad yang terkenal jujur dan bersih sehingga dijuluki Al-Amin (orang yang terpercaya) menuju tempat pernyimpanan Hajar Aswad, lalu membentangkan sorbannya dan meletakkan batu mulia itu di tengah-tengah sorban kemudian meminta satu orang wakil dari masing-masing kabilah yang sedang bertengkar untuk memegang sudut sorban itu dan bersama-sama menggotongnya ke sudut di mana batu itu hendak diletakkan. Supaya adil, Muhammad pulalah yang memasang batu itu ke tempat semula.

Hajar Aswad mulanya hanya satu bongkah batu, tetapi kemudian pecah menjadi 8 bagian. Itu terjadi karena Hajar Aswad pernah dicabut pengikut Abu Thahir al-Qarmathi pada 319 H, lalu dikembalikan pada 339 H. Untaian 8 batu yang seukuran buah kurma itu direkat dengan perak, menjadi satu kesatuan dengan batu di sekitarnya. Lingkaran perak pada Hajar Aswad merupakan peninggalan Abdullah ibn Zubair. Hajar Aswad yang direkat dan dalam lingkaran perak itulah yang ada saat ini.


Sunah Mencium

Hajar Aswad terletak di sudut tenggara Ka’bah, yaitu sudut di mana thawaf dimulai. Batu ini memiliki aroma wangi yang unik dan ini merupakan wangi alami yang dimilikinya semenjak awal keberadaannya. Hajar Aswad ditaruh di sisi luar Ka’bah sehingga mudah bagi seseorang untuk menciumnya. Adapun mencium Hajar Aswad merupakan sunnah Rasulullah SAW, karena beliau selalu menciumnya setiap berthawaf.

Hajar Aswad hanyalah batu yang tidak memberikan mudarat atau manfaat. Akan tetapi apa yang dilakukan kaum Muslimin terutama jamaah haji yang sangat berkeinginan untuk menciumnya atau paling tidak menyentuhnya, semata-mata mengikuti ajaran dan sunnah Rasulullah SAW. Jadi apa yang dilakukan kaum Muslimin dengan menciuminya bukanlah menyembah batu.

Amirul Mu’minin, Umar bin Khattab, pernah berkata tentang “kebiasaan” mencium Hajar Aswad ini: “Aku tahu bahwa kau hanyalah batu, kalaulah bukan karena aku melihat kekasihku Nabi SAW menciummu dan menyentuhmu, maka aku tidak akan menyentuhmu atau menciummu”.

Allah memerintahkan manusia untuk thawaf mengelilingi Ka’bah dan Dia pula yang telah memerintahkan untuk mencium Hajar Aswad. Rasulullah juga melakukan itu semua, dan tentu saja apa yang dilakukan oleh beliau pastilah berasal dari Allah, sebagaimana yang terdapat dalam firman-Nya : “Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan” (QS. An-Najm : 53 ).

Satu riwayat Sahih menyatakan bahwa Rasulullah bersabda: “ Rukun (HajarAswad) dan maqam (Batu/Maqam Ibrahim) berasal dari batu-batu ruby surga yang kalau tidak karena sentuhan dosa-dosa manusia akan dapat menyinari antara timur dan barat. Setiap orang sakit yang memegangnya akan sembuh dari sakitnya”.

Hadits sahih riwayat Imam Bathaqie dan Ibnu ‘Abas RA, bahwa Rasulullah SAW juga bersabda: “Allah akan membangkitkan Al-Hajar (Hajar Aswad) pada hari kiamat. Ia dapat melihat dan dapat berkata. Ia akan menjadi saksi terhadap orang yang pernah memegangnya dengan ikhlas dan benar”.

Siti Aisyah RA juga meriwayatkan sebuah hadits yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Nikmatilah (peganglah) Hajar Aswad ini sebelum diangkat (dari bumi). Ia berasal dari surga dan setiap sesuatu yang keluar dari surga akan kembali ke surga sebelum kiamat”.

Berdasarkan beberapa hadits itulah antara lain maka setiap umat Islam terutama yang sedang melaksanakan ibadah haji akan senantiasa menjadikan Hajar Aswad sebagai ‘target’ berburu untuk menciumnya, setidaknya untuk menyentuhnya.* Abu Ainun - kisuta.com


BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya