Senin, 29 April 2024
Wisata & Sejarah

Tentang Terowongan Mina dan Delapan Rumah Jagal

Minggu, 18 September 2016

KISUTA.com - Di Mina setiap tahun hanya ramai pada waktu jamaah haji mabit, yaitu bermalam beberapa hari saja. Selebihnya, kota tua tempat Nabi Ibrahim melempari setan pengganggu dan tempat Nabi Ibrahim akan menyembelih putranya, Nabi Ismail, itu merupakan kota yang sepi hanya dihuni oleh beberapa penduduk yang bekerja sebagai penjaga dan tenaga kebersihan. Hampir tidak ada bangunan permanen di Mina, yang tampak adalah tenda-tenda kerucut warna putih tempat para jamaah menginap.

Setiap akan menuju ke tempat melempar jumrah, para jamaah dari Indonesia yang umumnya bermalam di Haratullisan harus melewati terowongan Muaishim. Terowongan itu terkenal karena telah membawa banyak korban jiwa jamaah beberapa tahun lalu, termasuk jiwa jamaah haji Indonesia. Karena itu, nama terowongan itu kini, seperti yang terpampang di pintu masuknya, adalah “The Slaughter House” atau Rumah Jagal. Sebenarnya nama itu merujuk pada jalan yang menuju ke tempat penjagalan hewan kurban, tetapi ada saja yang menghubungkannya dengan musibah yang terjadi pada 1991.

Sebelumnya, di Mina hanya terdapat dua terowongan besar sebagai jalan masuk ke lokasi pelemparan jumrah. Tahun 1991 musibah terjadi di terowongan ini karena jamaah haji berdesakan yang datang dan pulang dari melempar jumrah. Tragedi itu merenggut 1.426 nyawa, 659 di antaranya jamaah Indonesia.

Setelah musibah besar itu, Pemerintah Arab Saudi kemudian memperbesar luas dan meninggikan terowongan hingga menjadi 40 meter, dengan ventilasi yang besar memanjang di atas.Lalu ditambah dengan mesin-mesin besar yang tergantung di atas terowongan dan berfungsi sebagai pengisap udara dan memompa oksigen ke dalam terowongan. Dan, arus jutaan jamaah yang memenuhi jalan dan dua terowongan itu dibuat satu arah, terpisah untuk yang pergi dan pulang melontar jumrah, sehingga cukup tertib dan aman.

Di balik terowongan Muaishim terdapat suatu tempat yang keberadaannya cukup penting pada rangkaian pelaksanaan ibadah haji, yaitu The Slaughter House atau Rumah Jagal. Delapan rumah jagal yang merupakan tempat pemotongan hewan kurban ini dibangun oleh Bank Pembangunan Islam dan mampu menampung l,5 juta hewan kurban. Sebelumnya hewan-hewan kurban disembelih di dekat Jamarat sehingga menyebabkan gangguan kesehatan dan lingkungan. Hewan kurban yang disembelih dikirim ke 25 negara yang memerlukannya.

Tempat pemotongan hewan kurban yang dibangun 1982 ini telah menelan biaya lebih SR 150 juta, termasuk untuk gudang tempat penyimpanan daging kurban agar awet sebelum dibagikan kepada yang berhak di pelosok dunia. Bangunan ini dapat menampung sampai 120.000 ekor kambing yang telah disembelih, dengan temperatur simpan di bawah 20 derajat Celcius.* Abu Ainun - kisuta.com


BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya