Kamis, 2 Mei 2024
Wisata & Sejarah
Candi Sukuh

Tempat Aman Mengetes Keperawanan dan Kesetiaan

Minggu, 28 Januari 2018

KISUTA.com - Ada kepercayaan yang masih hidup di tengah-tengah sebagian masyarakat di sekitar Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Kepercayaan ini terkait dengan keberadaan Candi Sukuh yang terletak di Desa Sukuh, Kelurahan Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar.

Konon, di Candi Sukuh seorang wanita bisa diketahui apakah masih perawan atau tidak. Di candi ini juga bisa diketahui, apakah seorang pria telah berbuat selingkuh atau tidak. Tes keperawanan dan kesetiaan di Candi Sukuh sudah lama ada dan sampai sekarang masih ada sebagian masyarakat yang mempercayainya.

Di candi yang terletak di lereng Gunung Lawu atau berada sekitar 910 meter di atas permukaan laut (dpl), ada relief berbentuk lingga (alat kelamin wanita) yang berhadapan dengan yoni (alat kelamin pria). Keberadaan relief tersebut, erat kaitannya dengan upacara-upacara kesuburan yang sering digelar di Candi Sukuh.

Berdasarkan cerita yang disampaikan secara turun temurun di kalangan masyarakat di sekitar candi, untuk mengetes keperawanan seorang gadis dan mengetes kesetiaan seorang pria, mereka harus melewati relief lingga dan yoni. Apabila seorang gadis sudah tidak perawan, maka saat melewati relief tersebut, kain yang dikenakannya akan robek atau terlepas. Sedangkan jika seorang pria telah berbuat selingkuh, maka ketika melewati candi tersebut, seketika akan terkencing-kencing. Mengenai kebenaran dari cerita tersebut, silakan Anda buktikan sendiri.

Candi Sukuh yang merupakan peninggalan Jawa kuno, bisa ditempuh dari Solo. Jaraknya sekitar 35 km dan bisa ditempuh menggunakan kendaraan roda empat maupun roda dua. Dari Solo, ambil jalan ke arah Karang Pandan.

Candi Sukuh ditemukan kembali dalam keadaan runtuh pada tahun 1815 oleh Johnson, Residen Surakarta pada masa pemerintahan Raffles. Selanjutnya yang memiliki tiga teras ini, diteliti oleh Van der Vlis pada tahun 1842. Hasil penelitian tersebut dilaporkan dalam buku Van der Vlis yang berjudul Prove Eener Beschrijten op Soekoeh en Tjeto.

Penelitian terhadap candi tersebut kemudian dilanjutkan oleh Hoepermans pada tahun 1864-1867 dan dilaporkan dalam bukunya yang berjudul Hindoe Oudheiden van Java. Pada tahun 1889, Verbeek mengadakan inventarisasi terhadap Candi Sukuh, yang dilanjutkan dengan penelitian oleh Knebel dan WF. Stutterheim pada tahun 1910.

Candi Sukuh berlatar belakang agama Hindu dan diperkirakan dibangun pada akhir abad ke-15 M. Berbeda dengan umumnya candi Hindu di Jawa Tengah, arsitektur Candi Sukuh dinilai menyimpang dari ketentuan dalam kitab pedoman pembuatan bangunan suci Hindu, Wastu Widya. Menurut ketentuan, sebuah candi harus berdenah dasar bujur sangkar dengan tempat yang paling suci terletak di tengah. Adanya penyimpangan tersebut diduga karena Candi Sukuh dibangun pada masa memudarnya pengaruh Hinduisme di Jawa.

Memudarnya pengaruh Hinduisme di Jawa rupanya menghidupkan kembali unsur-unsur budaya setempat dari zaman Megalitikum. Pengaruh zaman prasejarah terlihat dari bentuk bangunan Candi Sukuh yang merupakan teras berundak. Bentuk semacam itu mirip dengan bangunan punden berundak yang merupakan ciri khas bangunan suci pada masa pra-Hindu. Ciri khas lain bangunan suci dari masa pra-Hindu adalah tempat yang paling suci terletak di bagian paling tinggi dan paling belakang.

Menurut dugaan para ahli, Candi Sukuh yang mirip bangunan pemujaan suku Maya di Meksiko, dibangun untuk tujuan pengruwatan, yaitu menangkal atau melepaskan kekuatan buruk yang mempengaruhi kehidupan seseorang akibat ciri-ciri tertentu yang dimilikinya. Dugaan tersebut didasarkan pada relief-relief yang memuat cerita-cerita pengruwatan. * Ati - kisuta.com


BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya