Minggu, 28 April 2024
Wisata & Sejarah
Mekah

Keajaiban Sebuah Kota

Senin, 29 Juli 2019

KISUTA.com - Kota Mekah terletak di sebuah lembah, dikelilingi oleh bukit batu yang tidak ditumbuhi tanaman. Sehingga dari kejauhan yang tampak hanya timbunan batu dan pasir yang berwarna hitam yang terus menerus dipanggang sinar matahari. Mekah yang mempunyai sebelas nama lain misalnya Bakkah, al-Balad al-Amin, al-Haram al-Amin, Umm al-Qura, merupakan lembah gersang dengan ketinggian sampai 300 meter di atas permukaan laut.

Di lembah gersang inilah kota Mekah dibangun dan berkembang, dengan bentuk dan sifat alamnya yang tidak banyak menarik perhatian dan tidak sesuai untuk kehidupan. Tetapi inilah Mekah, kota suci bagi umat Islam, yang memiliki sumber air Zamzam, serta sejarah panjang agama Islam yang tidak terdapat di mana pun.

Kota suci Mekah mempunyai sejarah panjang sebagai kota tujuan, dambaan umat Islam dari seluruh dunia. Setiap tahun, secara menakjubkan datang jutaan umat Islam dari seluruh dunia, terutama pada musim haji, sehingga dapat dibayangkan betapa ramai dan sesaknya di dalam kota setiap saat, apalagi di tempat-tempat yang berdekatan dengan pusat-pusat ibadah kaum muslim.

Di kota ini pula terletak Masjidilharam dan Ka’bah yang telah menjadi lambang pemersatu umat Islam di mana pun mereka berada. Dan di kota ini pula seorang rasul telah lahir. Di dalam kitab suci Al-Quran, kota Mekah dinamakan Umm al-Qura.

Terletak lebih kurang 75 km dari kota pelabuhan Jeddah, kota Mekah pun, sebelum menjadi pusat pengembangan agama Islam, ternyata merupakan tempat keramat bagi sekte-sekte Arab penyembah berhala. Bahkan diriwayatkan pula, setelah Ka’bah berdiri, masih banyak patung atau gambar-gambar yang selalu dipuja oleh sekte-sekte di Arab, yang sengaja dipajangkan di tempat ini.

Berkali-kali kota Mekah berpindah tangan, dari satu penguasa ke penguasa lainnya. Bahkan sudah merupakan tradisi di antara sekte-sekte Arab yang pada saat itu berkuasa, untuk menguasai kota Mekah sebagai lambang kekuasaan dan kekuatan.

Nabi Muhammad SAW (570-632 M), yang menggunakan Kota Mekah sebagai pusat penyebaran agama Islam, terpaksa harus hijrah ke Kota Madinah pada 622 M, karena selalu mendapat gangguan keras dari kaum jahiliah Mekah, walaupun pada 630 kota ini dapat direbut kembali oleh Nabi beserta para sahabatnya. Tetapi ternyata setelah Nabi Muhammad SAW wafat, perebutan kota ini masih terus berlanjut.

Pada 930 M kota Mekah dirusak oleh kelompok Karmathia dari Mesir, dan pada 1517 M ditaklukan oleh bangsa Turki Usmani, kemudian selama lebih kurang 4 abad menjadi jajahan Turki. Akhirnya pada 1803-1813 M Mekah dikuasai kembali oleh kaum Wahabi, dan dijadikan pusat pemerintahan Husein ibn Ali yang setelah menjatuhkan kekuasaan Turki mengangkat dirinya sebagai Raja Hejaz. Namun kemudian pada 1924 ia dikalahkan oleh Raja Ibnu Saud.

Kota Mekah memiliki daya tarik lebih di Jazirah Arab bila dibandingkan dengan kota-kota lainnya. Bukan karena peranannya sebagai pusat bisnis, tetapi justru karena kehadiran Masjidilharam dengan Ka’bahnya, dan karena peran pentingnya sebagai pusat kelahiran dan penyebaran agama Islam di dunia.

Kota Suci Penuh Berkah

Kota di lembah gersang ini seakan menjadi tempat berkumpulnya keajaiban-keajaiban dunia. Kehadiran Masjidilharam yang agung, Ka’bah yang Baitullah, sumber air abadi sumur Zamzam, tempat kelahiran Rasulullah SAW, Hajar Aswad yang menjadi saksi perjalanan isi bumi, Maqam Ibrahim — tatapakan bapak para nabi. Dan, Mekah al-Mukaromah adalah keajaiban itu sendiri.

Kota Mekah sekarang, sejalan dengan kemajuan dan perkembangan negara Arab, tidak berbeda dengan kota-kota lainnya yang mengalami kemajuan yang pesat di berbagai bidang. Lihatlah, misalnya, kawasan sekitar Masjidilharam.

Sejauh mata memandang yang tampak adalah gedung-gedung pencakar langit, yang terkadang lebih tinggi dari menara Masjidilharam. Sehingga, menara-menara Masjidilharam tampak bagaikan tiang-tiang kecil di antara bangunan-bangunan lainnya. Namun pada malam hari, menara-menara itu tampak jelas karena disorot lampu kekuatan tinggi, seolah mutiara kemilau yang penuh makna.

Berjalan mengelilingi kota Mekah yang terletak tidak jauh dari bangunan Masjidilharam, sama seperti berjalan di sepanjang jalan utama di kota-kota besar di dunia, yaitu berjalan dan berlindung di bawah tonggak-tonggak beton bangunan bertingkat. Kawasan sekitar Masjidilharam hanya memiliki sebuah taman, yaitu “taman beton” yang terdiri atas bangunan-bangunan bertingkat lebih dari 10 tingkat. Letak dan susunan bangunan-bangunan itu tidak menyisakan lahan untuk ruang terbuka yang hijau.

Pembangunan dan perluasan kota Mekah difokuskan pada dua kegiatan utama, yaitu menata kembali tempat pemukiman penduduk kota berupa bangunan berikut sarana penunjang lainnya, dan meluaskan pembangunan pembangunan tempat ibadah sekitar Masjidilharam. Proyek penataan kembali kota Mekah mulai digarap 19 November 1955 dan disebut Proyek Raja Abdul Aziz.

Jalan-jalan bebas hambatan yang menuju kota Mekah ditingkatkan dan terus ditambah, khususnya dalam bentuk terowongan yang menembus gunung batu. Fasilitas air khususnya air untuk keperluan rumah tangga, ditambah dari proyek al-Shuaiba di pantai Laut Merah, sehingga kota ini tak kekurangan air.

Kota yang selalu disesaki umat ini selalu mampu menyediakan berbagai kebutuhan. Sembako tak pernah kosong, buah-buahan melimpah. Hanya keajaiban, hanya dengan keagungan dan kekuasaan Allah swt, tanah yang kekeringan ini tak pernah kekurangan. Mekah al-Mukaromah, memang kota suci yang penuh berkah.* Abu Ainun – kisuta.com


BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya