Senin, 20 Mei 2024
Sosok Inspirasi
Ubadah bin Shamit

Tokoh yang Gigih Menentang Penyelewengan

Kamis, 7 Mei 2020

KISUTA.com - Ubadah bin Shamit termasuk salah seorang tokoh Anshar. Ia termasuk perutusan Anshar yang pertama datang ke Mekah untuk mengangkat bai’at kepada Rasulullah untuk masuk Islam, yakni bai’at yang terkenal sebagai “Bai’atul Aqabah Pertama”. Dan ketika terjadi “Bai’atul Aqabah Kedua”, Ubadah menjadi tokoh perutusan dan wakil orang-orang Anshar itu.

Kemudian, ketika peristiwa berturut-turut silih berganti, saat-saat perjuangan, kebaktian dan pengorbanan susul menyusul tiada henti, maka Ubadah tak pernah absen dari setiap peristiwa, dan tak pernah ketinggalan dalam memberikan sahamnya. Semenjak ia menyatakan Allah dan RasulNya sebagai pilihannya, maka dipikulnya segala tanggung jawab akibat pilihannya itu dengan sebaik-baiknya.

Ubadah bin Shamit yang mulanya hanya menjadi wakil kaum keluarganya dari suku Khazraj, sekarang menjadi salah seorang pelopor Islam, dan salah seorang pemimpin Kaum Muslimin. Namanya tak ubah bagai bendera yang berkibar di sebagian besar penjuru bumi, bukan hanya untuk satu atau dua generasi belaka, tetapi akan berkepanjangan bagi setiap generasi dan seluruh masa yang dikehendaki Allah Ta’ala.

Pada suatu hari Rasulullah menjelaskan tanggung jawab seorang amir atau wali. Didengarnya Rasulullah menyatakan nasib yang akan menimpa orang-orang melalaikan kewajiban di antara mereka atau memperkaya dirinya dengan harta, maka tubuhnya gemetar dan hatinya terguncang. Ia bersumpah kepada Allah tidak akan menjadi kepala walau atas dua orang sekalipun. Dan sumpahnya ini dipenuhi sebaik-baiknya dan tak pernah dilanggarnya.

Di masa pemerintahan Amirul Mu’minin Umar r.a., tokoh yang bergelar al-Faruq ini pun tidak berhasil mendorongnya untuk menerima suatu jabatan, kecuali dalam mengajar umat dan memperdalam pengetahuan mereka dalam soal agama. Memang, inilah satu-satunya usaha yang lebih diutamakan Ubadah dari lainnya, menjauhkan dirinya dari usaha-usaha lain yang ada sangkut pautnya dengan harta benda dan kemewahan dan kekuasaan, begitu pun dari segala marabahaya yang dikhawatirkan akan merusak agama dan karir dirinya.

Karena itu ia berangkat ke Syria dan merupakan salah seorang dari tiga sekawan bersama Mu’adz bin Jabal dan Abu Darda, menyebarluaskan ilmu, pengertian dan cahaya bimbingan di negeri itu. Ubadah juga pernah berada di Palestina dalam melaksanakan tugas sucinya, sedang yang menjalankan pemerintahan ketika itu atas nama khalifah adalah Mu’awiyah bin Abu Sufyan, seorang pencinta dunia dan haus kekuasaan.

Ubadah termasuk rombongan perintis yang telah dididik oleh Muhammad dengan tangannya sendiri, yang telah beroleh limpahan mental, cahaya dan kebesarannya. Ketika menyaksikan tindak-tanduk Mu’awiyah yang serakah dan haus kekuasaan, ia dengan berani menentang dan menantang Mu’awiyah. Waktu itu penduduk Palestina menyaksikan peristiwa luar biasa, dan tersiarlah kabar ke sebagian negeri Islam perlawanan berani yang dilancarkan Ubadah terhadap Mu’awiyah. “Demi Allah, saya tak hendak tinggal sekediaman denganmu untuk selama-lamanya,” katanya, lalu ditinggalkannya Palestina dan berangkat ke Madinah.

Demi dilihat oleh Amirul Mu’minin Umar bahwa Ubadah telah berada di Madinah, ditanyalah: “Apa yang menyebabkan Anda ke sini, wahai Ubadah?” Dan ketika diceritakan Ubadah peristiwa yang terjadi antaranya dengan Mu’awiyah, maka kata Umar: “Kembalilah segera ke tempat Anda! Amat jelek sekali jadinya suatu negeri yang tidak punya orang seperti Anda.” Lalu kepada Mu’awiyah dikirim pula surat yang di antara isinya terdapat kalimat: “Tak ada wewenangmu sebagai amir terhadap Ubadah”.

Memang, Ubadah menjadi amir bagi dirinya. Dan jika Umar al-Faruq sendiri telah memberikan penghormatan kepada seseorang setinggi ini, tentulah dia seorang besar. Dan sungguh, Ubadah adalah seorang besar, baik karena keimanannya, maupun karena keteguhan hati dan lurus jalan hidupnya.* Abu Ainun/”Karakteristik Perihidup Sahabat Rasulullah”- kisuta.com


KATA KUNCI

BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya