Selasa, 30 April 2024
Wisata & Sejarah
Masjid Agung Djenne

Terbuat dari Lumpur, Bertahan Berabad-abad

Kamis, 14 Mei 2020

KISUTA.com - Terbuat dari lumpur, Masjid Agung Djenne di Kota Djenne, Ibukota Mali ini bisa bertahan ratusan tahun. Penduduk setempat meyakini, masjid ini dibangun sekitar abad ke-13 atau antara tahun 1200-an hingga 1300-an.

Selain dibuat dari lumpur, masjid seluas 75 x 75 m2 ini mempunyai arsitektur yang unik. Dinding-dindingnya dihiasi dengan toron, yaitu balok-balok batang pohon kelapa.

Mengenai penggunaan lumpur, masjid ini memang tidak menggunakan bahan bangunan lain selain lumpur. Lumpur dicetak menjadi bata yang disebut ferey dan untuk merekatkannya digunakan lumpur. Sebagai sentuhkan akhir, ferey diplester juga menggunakan lumpur.

Masjid Agung Djenne ini menghadap ke timur, ke arah Ka'bah di Kota Mekah. Di depan masjid ada tiga menara besar berbentuk kotak. Menara tertinggi berada di tengah, yang menjulang 16 meter. Di bagian pucuknya berbentuk kerucut dengan dihiasi telur burung unta di bagian puncaknya. Ruang utama untuk ibadah berukuran 26 meter kali 50 meter yang berlantai tanah berpasir.

Kebaradaan masjid yang tahun 1988 dimasukkan sebagai Situs Peningalan Dunia oleh UNESCO ini, diungkap oleh seorang pengembara asal Prancis bernama Renne Caillie. Sang pengembara yang mendatangi Djenne pada tahun 1828, menuliskan tentang keberadaan masjid yang terbuat dari tanah.

Selain tulisan Renne Caillie, informasi tentang Masjid Agung Djenne diungkap oleh dokumen Tarikh-al-Sudan. Dokumen ini menyebutkan bahwa masjid tersebut sudah ada sejak pertengahan abad ke-17. Sultan Kunburu disebut sebagai pelopor pembangun masjid, ketika beliau masuk Islam dan meruntuhkan istananya untuk kemudian dibangun menjadi masjid.

Masjid Agung Djenne yang sekarang ada, merupakan hasil renovasi yang dilakukan pada tahun 1907.* Uma – kisuta.com


KATA KUNCI

BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya