Selasa, 21 Mei 2024
Sosok Inspirasi
Bilal bin Rabah (2)

Muadzin Pertama dan Utama Rasulullah

Minggu, 17 Mei 2020

KISUTA.com - Setelah Rasulullah SAW dan Kum Muslimin hijrah dan menetap di Madinah, beliau pun mensyariatkan adzan untuk melakukan shalat. Maka siapakah kiranya yang akan menjadi muadzin untuk shalat itu sebanyak lima kali dalam sehari semalam, yang suara takbir dan tahlilnya akan berkumandang ke seluruh pelosok?

Pilihan Rasulullah jatuh kepada Bilal bin Rabah sebagai muadzin pertama dalam Islam. Dengan suaranya yang merdu dan empuk diisinya hati dengan keimanan dan telinga dengan keharuan. Seruannya pun menggema menggetarkan rasa keimanan.

Bilal melanjutkan hidupnya bersama Rasulullah saw dan ikut ambil bagian dalam semua perjuangan bwersenjata yang dialaminya. Ia tetap menjadi muadzin, menjaga serta menyemarakkan syiar agama besar ini, yang telah membebaskan dari kegelapan kepada cahaya, dari perbudakan kepada kemerdekaan.

Pada perang Badar yang terkenal itu, Bilal sangat berjasa membawa kemenangan. Salah satu pimpinan perang di pihak Quraisy, yakni Umayah bin Khalaf, yang merupakan mantan majikannya yang kejam, berhasil dibinasakan Bilal.”Ini dia gembong kekafiran, Umayah bin Khalaf! Biar aku mati daripada orang ini selamat…!”

Hari-hari berlalu, dan Mekah dibebaskan! Dengan mengepalai sepuluh ribu Kaum Muslimin, Rasulullah memasuki Mekah, bersyukur dan mengucapkan takbir. Beliau langsung menuju Ka’bah yang telah dipadati berhala oleh Quraisy dengan jumlah bilangan hari dalam setahun. Rasulullah memasuki Ka’bah dengan Bilal sebagai teman, untuk menghancurkan berhala-berhala itu.

Rasulullah menyuruh Bilal naik ke bagian atas masjid untuk mengumandangkan adzan. Maka Bilal pun adzan….dan amboi…..alangkah mengharukan saat itu. Gerakan kehidupan di Mekah terhenti, dan dengan jiwa yang satu, ribuan Kaum Muslimin dengan hati khusyu’ dan secara berbisik mengulangi kalimat demi kalimat yang duiucapkan Bilal.

Kedudukan agama Islam semakin tinggi, demikian pula halnya Kaum Muslimin, taraf dan derajat mereka ikut naik. Bilal pun semakin lama semakin dekat di hati Rasulullah saw yang menyatakan sebagai “seorang laki-laki penduduk surga”. Tetapi sikapnya tidak berubah, tetap seperti biasa, mulia dan baik hati yang selalu memandang dirinya tidak lebih dari “seorang Habsyi yang kemarin menjadi budak belian”.

Rasulullah pergi meninggalkan alam fana dan naik ke rafiqul a’la dalam keadaan ridlo dan diridloi, dan penanggung jawab Kaum Muslimin dibebankan di atas pundak khalifah Abu Bakar as-Shiddiq. Bilal pun pergi mendapatkan khalifah Rasulullah, berpamitan untuk berjuang di jalan Allah menghabiskan sisa hidupnya. Dia pergi ke Suria dan menetap di sana sebagai pejuang dan mujahid.

Adzannya yang terakhir, ialah ketika Umar sebagai Amirul Mukminin datang ke Syria. Orang-orang menggunakan kesempatan tersebut dengan memohon kepada khalifah untuk meminta Bilal menjadi muadzin bagi satu shalat saja. Umar memanggil Bilal, ketika waktu shalat telah tiba, maka dimintanya ia menjadi muadzin.

Bilal pun naik ke menara dan adzanlah….Sahabat-sahabat yang pernah mendapati Rasulullah di waktu Bilal menjadi muadzinnya sama-sama menangis mencucurkan air mata, yang tak pernah mereka lakukan selama ini. Sedang yang paling keras tangisnya di antara mereka ialah Umar.

Bilal berpulang ke rahmatullah di Syria sebagai pejuang di jalan Allah seperti diinginkannya. Dan di bawah bumi Damsyiq, sekarang terpendam kerangka dan tulang belulang suatu pribadi yang besar di antara pribadi-pribadi manusia, yang amat teguh dan tangguh pendiriannya dalam mempertahankan aqidah dan keimanan.* Abu Ainun/”Karakteristik Perihidup Sahabat Rasulullah” - kisuta.com


KATA KUNCI

BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya