Selasa, 21 Mei 2024
Sosok Inspirasi
Dr. Deny Tri Ardianto, S.Sn., Dipl. Art.

Intuisi Seniman Jadi Motivasi Berkarya di Masa Pandemi

Selasa, 16 Juni 2020
deny.jpg
IST.

KISUTA.com - Setelah sebelumnya berhasil membawa film tari "Being A Prosecutor" melenggang dalam layar-layar festival internasional, kini Dr. Deny Tri Ardianto, S.Sn., Dipl. Art., selaku Dosen Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta kembali meraih prestasi. Karya film tari bertajuk Morning Coffee berhasil menjadi juara favorit penonton dalam ajang Versatility Dance Fest Virtual "The Quarantine Room" di Amerika Serikat.

Masa karantina selama pandemi Covid-19 dimanfaatkan oleh Dr. Deny untuk tetap produktif berkarya. Morning Coffee merupakan film tari yang disutradarai oleh Dr. Deny sendiri. Dr. Deny menyebut, penggarapan karya dilakukan selama tiga hari bersama dengan kru film yang terbatas. Proses pengambilan gambar yang dilakukan hanya dalam waktu tiga jam tersebut dihadiri oleh sutradara, kameramen dan penari.

Perasaan frustasi dan ketertekanan dari seorang wanita dalam menghadapi situasi pandemi menjadi jalan cerita yang dipilih. Masa pandemi adalah kondisi tidak normal yang harus dilewati manusia saat ini. Menjalani hari-hari yang sepi dan membosankan harus dihadapi dengan tetap menjalani aktifitas untuk menjaga kewarasan pikiran, jasmani dan rohani.

"Kesabaran dalam menghadapi situasi (pandemi Covid-19) ini mutlak diperlukan. Kesadaran untuk tetap tinggal di rumah meski kejenuhan melanda merupakan solusi terbaik dalam menghindari bahaya penularan virus Covid-19," jelas Dr. Deny.

Sesi khusus bertajuk "The Quarantine Room" baru pertama kali diselenggarakan oleh Versatility Dance Fest (VDF) secara virtual. Acara ini diadakan sebagai bentuk apresiasi yang diberikan kepada pembuat film yang tetap berdedikasi membuat karya-karya di masa Pandemi Covid-19. Dosen DKV UNS tersebut mengaku mengetahui informasi VDF dari sosial media.

Pada awalnya "Morning Coffee" digarap bukan untuk VDF. Namun melihat adanya potensi dari festival tersebut, maka Dr. Deny mencoba untuk mengirimkan "Morning Coffee" dengan melakukan sedikit perubahan. Durasi awal film ini adalah 5 menit, namun penyelenggara mensyaratkan video hanya berdurasi satu menit. Sehingga perlu adanya upaya untuk mempertahankan konten tari dan aspek storytelling-nya supaya tetap terjaga dengan baik

Saat ini "Morning Coffee" juga sedang diikutkan dalam beberapa festival lain dan dalam proses kurasi. Adanya Covid-19 di tengah masyarakat nyatanya tidak selalu berdampak negatif dan tetap memiliki hal postif untuk dijalani. Intuisi dalam berkarya bagi seorang seniman akan selalu hadir dalam segala situasi untuk merespon kondisi yang ada, termasuk dalam masa pandemi ini.

"Selain adanya intuisi, mewakili bidang saya, yaitu bidang seni, suatu bentuk partisipasi aktif dalam menyuarakan suatu solusi, mengkomunikasikan isi hati atau bahkan perlawanan terkait pandemi ini adalah dengan membuat karya seni" tutur Dr. Denny.* eko prasetyo - kisuta.com


BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya