Selasa, 21 Mei 2024
Sosok Inspirasi
Wedangan IKA UNS

Cerita Diaspora Alumni UNS Berkarya dari Berbagai Negara

Jumat, 26 Juni 2020
ika_3.jpg
IST.

KISUTA.com - Memasuki episode ke-11, Wedangan Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta kembali diselenggarakan. Mengangkat tema Diaspora Alumni UNS, Kiat Sukses Berkarier Di Luar Negeri_l, terdapat lima alumni dari berbagai negara mengisi kegiatan tersebut. Lintang Ayuninggar, M.Sc. alumnus dan Dosen Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) UNS menjadi moderator yang memandu jalannya diskusi melalui Zoom Meeting.

Memiliki latar belakang yang berbeda-beda, kelima lulusan tersebut diantaranya ialah Wahyu Dewanto, PhD., lulusan Fakultas Teknik Program Studi (Prodi) Arsitektur yang menetap di Australia, Muhammad Toha Rudin, MA., lulusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) berada di Amerika, dr. Dewi Sri, Sp. KO. lulusan Fakultas Kedokteran yang bekerja di Perancis, Dr. Joemintono lulusan FKIP yang kini menjadi dosen di Malaysia dan Budi Santoso SE.Ak.MFA,CA,CPA,CF. lulusan FEB yang berkarir di Singapura.

Dalam kesempatan tersebut, turut hadir Rektor UNS, Prof. Jamal Wiwoho. Prof. Jamal menyampaikan apresiasi terhadap alumni UNS yang berkiprah di luar negeri. Menurut Prof. Jamal, hal ini merupakan pencapaian bagus bagi alumni UNS yang tidak saja melebarkan sayapnya di dalam negeri tetapi juga di belahan dunia lainnya. Tentu hal tersebut mendukung UNS untuk terus meningkatan kualitas pendidikannya sehingga lahir lulusan-lulusan yang berkualitas.

Mengawali diskusi, Wahyu Dewanto yang saat ini menetap di Australia dan menjadi konsultan dibidang arsitektur menjelaskan perjalanannya meniti karir di Australia. Negara itu bisa maju bukan saja dari dalam tetapi dari luar, menjadi salah satu pola pikir yang disampaikan beliau pada kegiatan tersebut.

Menurut Wahyu Dewanto, pembangunan suatu negara tidak saja dari internal negara, tetapi perlu menyadari bahwa berkarir di luar negeri menjadi salah satu cara menunjukan eksistensi Indonesia di level internasional. Pesan lain yang disampaikan oleh beliau ialah pola pikir untuk tetap berkontribusi pada negara melalui cara yang berbeda. Sejalan dengan pesan tersebut, pada materi berikutnya yang disampaikan oleh Muhammad Toha Rudin, bahwa dalam meniti karir di luar negeri ada beberapa hal yang harus ditanamkan oleh individu.

"Yang harus kita lakukan di luar negeri adalah berani melangkah dan build trust. Orang Indonesia itu terkenal dengan kejujuran, komitmen dan motivasi tinggi, selain itu juga kemauan belajarnya tinggi," jelas Toha.

Kemudian dari Perancis disampaikan cerita oleh dr. Dewi yang membagikan pengalamannya berkelana ke beberapa negara. Berbeda dengan narasumber sebelumnya kali ini dr. Dewi menjelaskan jika karirnya di luar negeri tidak lepas dari peran suami yang bekerja berpindah-pindah negara. Tidak tinggal diam, lulusan FK UNS tahun 1990 tersebut melamar pekerjaan bidang kesehatan di negara yang disinggahinya. Sebelum berada di Perancis, beliau menceritakan melamar kerja di Uganda sebagai tenaga medis di rumah sakit tentara.

Kemudian tahun 2013, dr. Dewi beserta keluarga pindah ke Perancis dan kembali melamar pekerjaan sebagai tenaga medis. Salah satu kendala yang sering dialami oleh lulusan kedokteran yang bekerja di luar negeri adalah tidak diakuinya ijazah. Hal ini disebabkan karena perbedaan kondisi dan kasus-kasus yang akan ditangani. dr. Dewi pun perlu sekolah kembali untuk mendapat izin bisa bekerja di Perancis. Selain itu terdapat bidang lain seperti pertanian, hukum dan psikolog juga mengalami kendala yang sama. Namun dr. Dewi menjelaskan di luar dari bidang-bidang tersebut kesempatan terbuka besar bagi lulusan Indonesia yang ingin meniti karir di Perancis. Beberapa contoh yang banyak ditemukan ialah mereka yang bekerja di bidang informatika, perminyakan atau engineering.

"Yang penting adalah percaya diri, terus toleransi tinggi, pikirannya growth mindset dan tidak rasis," Pesan dr. Dewi kepada mereka yang ingin bekerja di luar negeri.

Dari sudut pandang lain, alumnus UNS yang saat ini berada di Singapura, Budi Santoso menjelaskan bahwa hal yang membuatnya bisa sampai pada posisi saat ini adalah keberanian untuk meninggalkan zona nyaman, keinginan untuk belajar secara spesifik dan mudah beradaptasi. Tidak pernah terpikir sebelumnya, bahwa dimasa depan bisa menempuh pendidikan dan bekerja di luar negeri. Namun karena usaha yang terus dilakukannya terutama ketika menjadi mahasiswa aktif berorganisasi dan mengasah soft skills, ilmu tersebut yang menjadi salah satu pendorong karirnya hingga saat ini.

Terakhir cerita menarik datang dari alumnus yang saat ini menjadi dosen di Malaysia. Dalam pengalamannya berkarir di Malaysia, Dr. Joemintono menjelaskan jika karirnya bermula pada kepenulisan jurnal di Scopus. Beliau merupakan penggiat yang fokus pada kepenulisan jurnal dengan bukti didirikannya Rumah Scopus Turi di Yogyakarta. Kegiatan yang dilakukan Dr. Joemintono ialah aktif mengembangkan dan memberikan edukasi kepada dosen maupun mahasiswa yang ingin menulis jurnal dan terindeks Scopus.* eko prasetyo - kisuta.com


BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya