Rabu, 15 Mei 2024
Artikel Opini
Kolom

Membersihkan Hati, Mensucikan Jiwa

HD Sutarjan Petualang Jiwa
Kamis, 23 Juli 2020

KISUTA.com - Menuju atau melakukan perjalanan. Itulah arti haji secara lughawi, arti harfiah secara kebahasaan. Namun, haji sudah menjadi suatu paket ibadah, menjadi rukun dan kewajiban umat Islam. Karena itu, ibadah haji bukan hanya perjalanan biasa, atau sekadar perjalanan wisata. Ibadah haji menjadi suatu “perjalanan” yang istimewa, utama dan begitu kompleks.

Banyak makna dan melimpah hikmah yang bisa digali, direnungi, yang bisa menjadi bekal diri dalam melaksanakan ibadah sehari-hari. Kesan, ucapan dan tindakan selama menunaikan ibadah haji di Tanah Suci perlu digali kembali semangatnya. Sehingga sekalipun telah berada kembali di Tanah Air, akan beribadah sebagaimana semangat ibadah di Tanah Suci. Dan, sebutan haji atau hajah akan terasa relevan dan pantas.

Hikmah yang paling mendasar namun sangat mempengaruhi semua aspek hidup dan kehidupan seorang jamaah haji, yaitu Tazkiyatun lin nufuus (mensucikan jiwa) dan Tazkiyatul qulub (membersihkan hati). Kesucian jiwa dan kebersihan hati yang senantiasa mewarnai sikap dan perilaku jamaah selama menunaikan ibadah haji, harus mampu mewarnai kehidupan sehari-hari sesudahnya.

Ketika memiliki keinginan untuk menunaikan ibadah haji, setiap orang biasanya telah siap-siap mengoreksi dan memperbaiki diri. Dan ketika telah melunasi ONH, koreksi dan evaluasi diri tampak lebih mantap.

Istighfar dan taubat senantiasa dipanjatkan kepada Allah. Begitu beberapa hari lagi jadwal keberangkatan, para calon haji pun memohon maaf kepada sanak saudara, kerabat, dan tetangga. Inilah awal kesucian jiwa dan kebersihan hati yang ingin dicapai oleh para jamaah haji.

Melakukan ibadah di Tanah Suci senantiasa dilandasi dengan kebersihan hati dan kesucian jiwa. Semua kegiatan ibadah dikerjakan begitu penuh semangat dan keikhlasan. Saat mengejar shalat arba’in, jamaah tak mengenal lelah. Saat tawaf atau sa’i, wajah-wajah jamaah haji tampak berseri-seri, seakan tak merasa cape meski harus berpeluh berdesak-desakan. Atau ketika wukuf, saat jutaan manusia disatukan dalam satu tempat di kegersangan alam, yang merebak semata-mata hanya kesyahduan, harmoni dalam penyerahan diri kepada Yang Maha Suci.

Syahdu, harmoni dan ikhlas dalam menjalankan ibadah menunjukkan bahwa hati mereka benar-benar dalam posisi suci. Bahkan ketakaburan, kesombongan dan sikap-sikap negatif lainnya ketika di Tanah Suci benar-benar tak muncul, hilang tak ada sama sekali. Maka pantaslah kalau doa-doa diperkenankan oleh Allah SWT.

Kesucian jiwa dan kebersihan hati ini harus dipertahankan selamanya, baik menjelang haji, dalam proses pelaksanaannya atau setelah usai menunaikan, setelah pulang ke tempatnya masing-masing.

Kebersihan jiwa seseorang bisa dilihat dari pancaran perilaku sehari-hari. Seorang yang berjiwa bersih akan senantiasa menyebarkan salam (kedamaian), menjaga silaturahmi, dan semakin meningkat amal ibadahnya.***


BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya