Kamis, 16 Mei 2024
Artikel Opini
Kolom

Berwukuf Sepanjang Waktu

HD Sutarjan Petualang Jiwa
Kamis, 30 Juli 2020

KISUTA.com - Melaksanakan ibadah haji ke Tanah Suci menjadi kekuatan dahsyat untuk mengantarkan manusia kepada kefitrahan. Manusia yang bagaimanapun, apabila telah melaksanakan ibadah yang satu ini, dijanjikan Rasulullah SAW akan memperoleh keistimewaan yang teramat luar biasa berupa terhapusnya semua dosa dan akan kembali suci bagaikan bayi yang baru lahir dari rahim sang ibu.

Haji adalah wukuf di Padang Arafah. Pelaksanaan wukuf merupakan waktu sakral yang memberikan kesempatan kepada semua jamaah haji untuk bisa 'berdialog' dengan Allah, menjalin hubungan mesra dan privat kepada Yang Maha Kuasa.

Di Arafah, padang yang luas lagi gersang itu seluruh jamaah wukuf (berhenti) sampai terbenamnya matahari. Di sanalah jamaah seharusnya menemukan ma'rifat pengetahuan sejati tentang jati dirinya, akhir perjalanan hidupnya, serta di sana pula jamaah menyadari langkah-langkahnya selama ini, sebagaimana ia menyadari pula betapa besar dan agung Tuhan yang kepada-Nya bersimpuh seluruh makhluk. Sebagaimana diperagakan secara miniatur di padang luas nan gersang itu.

Kesadaran-kesadaran itulah yang mengantarkannya untuk menjadi arif atau sadar dan mengetahui. Kearifan, apabila telah menghias seseorang, maka –seperti dikatakan Ibnu Sina, "Selalu gembira, senyum, betapa senang hatinya sejak ia mengenal-Nya…di mana-mana ia melihat satu saja, melihat Yang Maha Suci itu. Semua makhluk di pandangnya sama, karena memang semua sama, sama membutuhkan-Nya”.

Ia tak akan mengintip-intip kelemahan atau mencari-cari kesalahan orang, ia tidak akan cepat tersinggung walau melihat yang mungkar sekalipun karena jiwanya selalu diliputi rahmat dan kasih sayang.

Tidak terbantahkan, wukuf hanya bisa dilaksanakan di Padang Arafah dan pada tanggal 9 Dzulhijjah. Namun, semangat wukufnya tidak mesti berhenti ketika keluar dari Padang Arafah ataupun setelah tanggal 9 Dzulhijjah. Semua yang dilakukan selama musim haji merupakan sebuah pembelajaran yang semestinya setelah itu akan menjadi kebiasaan untuk selalu menciptakan nuansa wukuf kapan dan di manapun berada.

Bila setiap orang yang pernah berhaji tetap membawa semangat wukuf ke kampung halamannya dan tetap membangun hubungan harmonis secara vertikal kepada Allah SWT, pastinya akan tampak sebuah pemandangan hubungan sosial yang sangat indah. Tidak akan ada ghibah, namimah, sum'ah, ataupun semua bentuk perbuatan yang meresahkan dan menimbulkan musibah. Karena nuansa wukuf tetap terbangun dan menjadi atmosfir yang sangat kental dalam setiap waktu dan keadaan.

Bila orang-orang yang telah melaksanakan haji mampu mempertahankan volume ibadahnya sekembalinya ke rumahnya masing-masing, maka pasti akan tersuguhkan kemilau-kemilau akhlak dan kepribadian yang sangat menawan.

Karenanya, untuk merealisasikan pelajaran mahal dari berhaji yang puncaknya adalah pelaksanaan wukuf di Padang Arafah, maka kita harus mampu berwukuf setiap waktu, di setiap tempat dan keadaan. Alhasil, siapapun orangnya pasti akan merasakan betapa indah dan berharganya hari-hari yang dilalui dengan aroma wukuf. Subhanallah.***


BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya