Minggu, 5 Mei 2024
Artikel Opini
Kolom

Pilpres AS, Trump Bisa Menang atas Pertimbangan Primordial

Andrik Purwasito Guru Besar dan Kaprodi S3 Kajian Budaya UNS
Selasa, 20 Oktober 2020

KISUTA.com - Pemilihan Presiden di Amerika Serikat berbeda dengan di Indonesia, rakyat yang langsung memilih capres dan cawapres. Rakyat memilih suara elektoral sebanyak 538 suara yang mewakili populasi yang ada di Negara Bagian.

Capres dan cawapres menang dengan suara mayoritas, apabila tidak tercapai maka Dewan Perwakilan Rakyat akan memilih presiden sedangkan Senat AS akan memilih wakil presiden.Secara historis jarang sekali terjadi draw.

Dua calon yang tengah bersaing, yaitu petahana, Donald Trump melawan mantan wakil presiden di masa Barrack Obama, Joe Biden, akan dilaksanakan tanggal 3 November 2020.

Pengalaman menunjukkan bahwa petahana mempunyai posisi strategis untuk mempertahankan kekuasaannya. Demikian juga Donald Trump, yang punya prinsip optimistik terhadap kepemimpinannya, karena ia merasa berhasil dengan perang dagang dan pertumbuhan ekonomi yang positif serta penyediaan lapangan kerja yang luas bagi rakyat.

Meskipun demikian, sejak kemenangan Trump, para penentangnya sangat agresif untuk menunjukan dafar keburukan Trump, seperti hutang Trump yang mencapai lebih 4 triliun dolar.

Dalam hal ini, kebijakan kontroversial Trump sesungguhnya bisa jadi menguntungkan Joe Biden. Seperti yang dilansir oleh Blog Fivethirtyeight.com milik Nate Silver, justru mengunggulkan Joe Biden dengan potensi kemenangan hingga 87%. Sementara itu Decision Desk HQ juga mengunggulkan Biden dengan perolehan suara kemenangan di 83,5%. Meskipun, kelemahan dan keburukan Biden selama menjadi wakil presiden juga diungkit-ungkit ke publik.

Kalau melihat hasil polling yang dilakukan oleh Lembaga Demokrasi, 3-5 Juni 2020 yang lalu, hasilnya ternyata Trumps masih mengungguli Biden meski sangat tipis dengan perolehan 48% melawan 47%. Sedangkan 5% belum menentukan sikap karena masih ragu-ragu.

Lalu, siapakah yang bakal menang? Kalau kita percaya polling, ternyata 4 tahun lalu Donald Trump tidak diunggulkan justru ia yang menjadi pemenang. Sehingga, kita sulit menentukan pemenangnya dilihat dari prediksi polling.

Namun dari sejarah riset yang penulis lakukan tentang Pilpres di Prancis, menunjukan bahwa dalam demokrasi rakyat menjatuhkan pilihan itu, selain pertimbangan rasional seperti tingkat kapabilitas calon, transparansi, akseptabilitas, juga didasarkan atas pertimbangan primordial, seperti ideologi, rasial, keyakinan, emosi dan etnisitas.

Dengan demikian, Trump bisa menang, karena memiliki keunggulan-keunggulan dalam pertimbangan primordial tersebut.***


KATA KUNCI

BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya