Minggu, 19 Mei 2024
Sastra & Humor

Mahasiswa ITS PKU Tes Rapid Antibodi Sebelum Lakukan Praktik di Kampus

Minggu, 6 Juni 2021
its_4.jpg
Dok.Pri
REKTOR ITS PKU Muhammadiyah Solo, Wenny Hastuti.*

KISUTA.com - Institut Sain Teknologi (ITS) PKU Muhammadiyah Surakarta mulai menggelar secara tatap muka atau luar jaringan (luring). Namun Covid-19 masih mewabah, maka kata Rektor ITS PKU Muhammadiyah Solo Wenny Hastuti, mahasiswa harus rapid antibodi di kampus sebelum mengikuti kuliah praktik.

“Sejak pertama kali kuliah secara luring. Mahasiswa harus tes rapid antibodi terlebih dahulu. Awalnya mahasiswa datang, cuci tangan. Kemudian cek suhu lalu langsung dinaikkan ke lantai tiga. Dengan 20 mahasiswa per ruangan yang luas dan tersedia handsanitizer. Tak lupa harus tetap menjaga jarak sebagai penerapan social distancing. Juga harus pakai masker bedah,” ungkap Rektor ITS PKU Muhammadiyah Surakarta, Wenny Hastuty, di kampus setempat, Sabtu (5/6/2021).

Selanjutnya, mahasiswa bakal dialokasikan selama sejam. Ketika nanti ada yang reaktif akan langsung lanjut ke antigen. Ini sebuah antisipasi agar tidak terjadi klaster yang baru. Jadi, sudah dilakukan screening dari awal.

“Dulu pernah kejadian, rapid antibodinya reaktif. Lalu kami tes rapid antigen. Alhamdulillah, hasilnya negatif. Intinya kami harus melakukan rapid antibodi sebelum melakukan event besar seperti kuliah praktik secara luring. Yakni yang isinya melebihi 10 mahasiswa. "Kemudian kami ketemu mahasiswa juga tidak terlalu lama. Dari jam 8 hingga 12 pagi. Itupun pastinya dengan protokol kesehatan (prokes) ketat,” jelas Wenny.

“Ini merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh instusi yang akan memberangkatkan mahasiswanya ke praktek klinik. Seperti rumah sakit, puskesmas, dan lain-lain. Yang dibekalkan merupakan hal yang harus diketahui oleh semua orang yang berada di rumah sakit. Apalagi seorang tenaga kesehatan,” tambahnya.

Untuk teorinya, berkaitan dengan infeksi. Kemudian bagaimana ketika ada sebuah gempa atau bencana lain. Apa yang harus dilakukan. Lalu evakuasinya bagaimana. Juga bagaimana agar tidak terjadi infeksi nosokomial dari tenaga kesehatan ke pasien atau sebaliknya.

“Untuk praktek, untuk BHD itu contohnya bagaimana cara menolong ketika ada seseorang yang mengalami kecelakaan. Atau bagaimana jika ada orang tidak sadarkan diri. Nanti tekniknya itu ada resusitasi jantung paru. Ada juga pengecekan nadi dan jalan napas. Intinya, menyelamatkan kebutuhan vital manusia untuk pernafasan dan jantung. Itu sangat penting. Bahkan orang awam harus diajari apalagi yang di rumah sakit. Sebab banyak kasus yang tidak dapat diprediksi,” jelasnya.* Eko Prasetyo - kisuta.com


BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya