Jumat, 17 Mei 2024
Sastra & Humor

Alumnus UNS: Botanical Art, Kesadaran Pelestarian Lingkungan Lewat Seni

Rabu, 9 Juni 2021
alum_2.jpg
Dok.Pri

KISUTA.com – Ada banyak upaya yang dapat dilakukan untuk membantu pelestarian lingkungan. Namun, mungkin tidak terpikirkan jika hal tersebut dapat dilakukan melalui media seni. Eunike Nugroho, adalah seniman botani yang berkontribusi dalam mendorong bangkitnya seni botani di Indonesia. Alumnus Program Studi (Prodi) Desain Komunikasi dan Visual (DKV) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta ini mulai mengenal dunia seni botani ketika berada di Inggris.

Lulus dari UNS, Eunike sempat bekerja di bidang periklanan pada tahun 2002 hingga 2010. Meninggalkan dunia periklanan setelah menikah, Eunike mengikuti jejak suami yang mendapatkan beasiswa di Inggris. Di negara inilah Eunike kembali mengasah kemampuan melukisnya setelah bertahun-tahun lebih banyak berkarya menggunakan media digital seperti komputer. Inggris dikenal sejak lama telah mempelajari ilmu botani. Mendapatkan kesempatan bertemu dengan perhimpunan seniman botani di sana, menggairahkan semangat Eunike untuk kembali melukis. Tentu dengan tantangan yang berbeda, kali ini dengan subjek baru yang menarik.

Berkenalan dengan seni botani menyadarkan Eunike akan suatu hal. Sebagai masyarakat Indonesia, masih banyak orang yang kurang memiliki akses pengetahuan mengenai ilmu botani. Hal ini berpengaruh pada kesadaran masyarakat serta apresiasi terhadap keberagaman tumbuhan. Sangat disayangkan mengingat Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati yang bahkan telah dikenal di seluruh dunia. Melalui ilmu botani inilah Eunike dibuat tertarik dengan detail suatu tumbuhan apabila dilihat secara dekat. Mulai mengenal lebih dalam tentang seni botani, Eunike semakin menambah pengalaman ketika bergabung dengan komunitas dan ikut beberapa pameran di sana.

“Nah ini jadi kayak dikenalin sebuah subjek yang baru. Setelah saya kenalan ternyata sangat menarik dan membuat saya sadar ‘ya ampun, kenapa yang kayak gini saya baru tau sekarang?’ dan saya merasa tidak punya pengetahuan sebelumnya ketika berada di Indonesia,” tutur Eunike, Rabu (9/6/2021).

Karyanya terpilih untuk mengikuti pameran 3 tahunan setelah melalui proses seleksi oleh kurator dari Hunt Institute of Botanical Documentation. Keikutsertaan Eunike sebagai seniman botani disambut baik mengingat Indonesia sudah lama vakum dan tidak mengirimkan karya pada pameran ini.

“Selama ini nggak ada, dia bilang ‘Indonesia sudah vakum lama sekali’ sudah 33 tahun vakum tidak ada karya dari perwakilan Indonesia dalam pameran ini,” ujar Eunike.

Berbarengan dengan pameran ini juga dilaksanakan konferensi dan kongres seni botani oleh lembaga yang berbeda dengan penyelenggara pameran, yaitu American Society of Botanical Artists. Hasil dari kongres ini adalah adanya kesepakatan diadakannya pameran seni botani secara serempak oleh banyak negara di tahun 2018. Pameran ini nantinya mendorong seniman untuk memamerkan karya hanya tumbuhan asli masing-masing negara. Salah satu tujuan diadakannya pameran ini adalah meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai tumbuhan asli masing-masing negara tersebut.

Ketika kembali ke Indonesia, tantangan menghampiri dalam mewujudkan pameran seni botani ini. Saat itu belum adanya suatu perhimpunan nasional yang mewadahi seniman botani di Indonesia. Sembari tetap melatih kemampuan melukis seni botani, Eunike juga menyelenggarakan workshop melukis tumbuhan di beberapa kota seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya. Dari sinilah Eunike mengenal orang-orang yang juga antusias terhadap seni botani.

“Dari workshop itulah akhirnya saya ketemu orang-orang yang sebetulnya sudah lama ingin menekuni seni botani,” tutur Eunike.

Mulai membangun jaringan melalui grup Whatsapp, perkumpulan ini berkembang menjadi suatu komunitas seni botani atau yang lebih dikenal dengan Indonesian Society of Botanical Artist (IDSBA). Dari sinilah, harapan akan penyelenggaraan pameran seni botani tumbuhan asli Indonesia mulai terealisasi.

Berkembang sejak lama, seni botani di masa lalu berguna bagi manusia untuk mengenal tanaman obat atau herbal. Seni botani berbeda dengan seni rupa lain pada umumnya. Seni botani tidak hanya semata-mata mengenai keindahan saja. Hal ini karena ada nilai ilmiah yang dibawa pada seni botani. Selain keahlian di bidang seni rupa, para seniman perlu memiliki pengetahuan luas mengenai detail ciri utama setiap tanaman yang membedakannya dengan tanaman sejenis.

“Serunya dari melukis botani itu jadi memang harus terus belajar,” tutur Eunike.

Sehingga, seniman botani perlu untuk sedikit ‘tunduk’ pada sebuah prinsip yang lebih penting. Maka dari itu, di IDSBA tidak hanya mempelajari tentang seni, namun juga mempelajari ilmu morfologi tumbuhan.
“Bagaimana (agar) bisa menampilkan tumbuhan itu sehingga dikenal dan menunjukkan perbedaan identitas antara satu spesies dengan kerabat-kerabat terdekatnya. Itu penting kalau dalam seni botani,” jelas Eunike.

“Di IDSBA, komunitas yang kami dirikan itu, itu kami belajar keduanya. Jadi dari sisi seni belajar dari sisi botani juga belajar. Jadi ada kelas di IDSBA yang belajarnya itu bukan ngegambar. Belajarnya itu adalah morfologi,” tambahnya.

Perkembangan minat seni botani di Indonesia saat ini kembali bangkit ketika sebelumnya tergantikan oleh seni fotografi. Eunike menanggapi kebangkitan ini berhubungan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat bahwa tumbuhan memiliki peranan penting, bukan hanya bagi manusia namun bagi seluruh kehidupan di Bumi. Masyarakat semakin sadar untuk berusaha mengubah kebiasaan lama menghentikan perubahan iklim, termasuk kaum muda. Seni botani juga mampu membuka peluang usaha baru mengingat mulai bertambahnya pelaku seni ini serta adanya keinginan pasar untuk pendokumentasian dan kampanye konservasi.

“Saya melihatnya ada kebangkitan. Mungkin juga ada hubungannya sama kesadaran masyarakat bahwa tumbuhan ini peranannya penting bukan cuma kehidupan manusia tapi kehidupan di Bumi itu semakin tinggi,” terang Eunike.

“Saya pikir masyarakat yang (saat ini) semakin berpendidikan semakin sadar bahwa pentingnya tumbuhan bagi kehidupan di Bumi. Itu yang membuat yang ingin menekuni atau ikut memberi sumbangan juga tambah banyak,” tambahnya.

Eunike berpendapat bahwa seni bersifat emosional, sehingga tumbuhan dapat lebih menyentuh hati. Seni mempunyai kelebihan untuk mengkampanyekan konservasi atau keberadaan suatu tumbuhan dengan lebih menyentuh dibanding dengan hanya data infografis. Pendekatan seni yang mampu menyentuh hati masyarakat akan meningkatkan minat masyarakat untuk menyukai tumbuhan.

“Jadi kalau potensinya, saya pikir kedepan saya cukup optimis akan berkembang karena pelakunya yang muda-muda itu juga udah mulai makin banyak, yang berminat makin banyak. Jadi saya pikir baguslah bisa membantu membangkitkan kesadaran akan tumbuhan,” jelas Eunike.

Bagi Eunike, seni botani ini bisa menjadi salah satu cara yang tepat untuk membantu menyelamatkan lingkungan hidup oleh seluruh pihak, termasuk para pemuda. Eunike mengingatkan bahwa kondisi bumi terus berubah dan tumbuhan memiliki peranan penting.

“tumbuhan itu berharga, tumbuhan itu indah. Masa sih kamu sia-sia atau kamu abaikan keberadaannya?” tutur Eunike.* Eko Prasetyo - kisuta.com


BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya