Sabtu, 11 Mei 2024
Unik Menarik
Dr. Irvan Afriandi, Pakar Ilmu Kesehatan Masyarakat Unpad

Tiga Langkah Penanganan Covid-19 yang Makin Memerah

Rabu, 30 Juni 2021
irvan1.jpg
Humas Pemkot Bandung

KISUTA.com - Covid-19 semakin memerah. Hingga akhir Juni ini, kasus terpapar meningkat pesat hampir di semua daerah. Di Jawa Barat, 11 kabupaten/kota termasuk Bandung Raya masuk level kewaspadaan zona merah.

Pandemi Covd-19 memang mengkhawatirkan. Menanggapi hal ini, pakar Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Padjadjaran (Unpad), Dr. Irvan Afriandi mengimbau masyarakat agar tidak perlu panik. Namun tetap waspada bahkan harus siaga.

Menurut Irvan, transmisi atau penularan Covid-19 terjadi akibat interaksi antar manusia dalam jarak dekat yang tidak dilindungi oleh perilaku penggunaan masker dan mencuci tangan secara efektif.

"Proses transmisi Covid-19 tidak mengenal batas administrasi kewilayahan atau pun kependudukan seseorang. Warga suatu kota ataupun kabupaten dapat tertular dan atau menularkan penduduk kota ataupun kabupaten lainnya, sepanjang terjadi interaksi antar penduduk yang tidak mematuhi protokol pencegahan penularan Covid-19," jelasnya kepada humas.bandung.go.id, beberapa waktu lalu.

Untuk itu, kata Irvan, semua pihak jangan sampai terlena. Baik itu masyarakat ataupun pemerintah harus sama-sama menjaga tetap waspada dan melakukan sejumlah langkah penanganan, sebagaimana dianjurkan, yang terdiri atas 3T, 5M dan vaksinasi.

Bagi pemerintah, sambung Irvan, utamanya sejumlah pemerintah daerah tetap harus memastikan kesiap-siagaannya. Begitu pun bagi pemerintahan yang lebih tinggi, baik provinsi atupun di tingkat pemerintah pusat diharapkan mampu mengkoordinasikan dan mengakselerasi peningkatan kinerja pelayanan kesehatan dan surveilans agar lebih merata.

Irvan menerangkan, pendekatan penanganan dan penanggulangan Covid-19 ini terdiri atas 3 hal. Pertama, pemeriksaan, penanganan dan pelacakan (3 T, testing, treatment, tracing) yang porsi terbesarnya dilakukan oleh pemerintah.

Kedua, perilaku protektif berupa penggunaan masker secara benar, mencuci tangan yang efektif, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan membatasi mobilitas dan interaksi (5M), yang seyogyanya merupakan gerakan aktif partisipatif dari masyarakat.

Ketiga, vaksinasi dan peningkatan imunitas masyarakat. Kesemuanya bertujuan agar terjadi perlambatan laju transmisi/penularan dan menurunkan angka kesakitan serta kematian akibat Covid-19.

Selain itu, Irvan mengimbau masyarakat untuk mulai mengubah sudut pandangnya terhadap pandemi Covid-19 dengan menguatkan pandangan bahwa untuk saat ini keberadaan Covid-19 merupakan suatu keniscayaan yang membawa masyarakat dan pemerintah beradaptasi.

Sehingga suatu saat Covid-19 tidak lagi menjadi momok pandemi, namun lebih bersifat endemi. Untuk itu diperlukan perubahan paradigma penanganan Covid-19 dari yang semula lebih cenderung reaktif, menjadi antisipatif. Dari yang sebelumnya stigmatis menjadi suportif. Dari yang tadinya terfragmentasi menjadi komprehensif. Dari yang sebelumnya sektoral menjadi multisektoral.

Dari segi pemantauannya, lanjut Irvan, perlu pula terjadi pergesaran dari yang tadinya berfokus pada jumlah kasus dan kematian menjadi lebih berfokus pada pemantauan kinerja (proses dan input) dari sistem pelayanan kesehatan dan sistem surveilans Covid-19 dan penyakit-penyakit yang berpotensi mewabah.

Dalam kaitan tersebut, penggunaan indikator-indikator strategis berupa kinerja pemeriksaan, pelacakan dan penanganan kasus mendesak untuk diimplementasikan secara akuntabel.

"Hal tersebut diperlukan agar pada gilirannya kepanikan dan keyakinan masyarakat dapat terkelola dengan baik sehingga masyarakat dapat menjalankan aktivitas ekonomi, sosial dan budayanya secara aman dan produktif," ucapnya.* Dadang Sutarjan - kisuta.com


BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya