Minggu, 28 April 2024
Sosok Inspirasi

Dirjen Pendidikan Vokasi Paparkan ‘The Power of Vokasi’

Minggu, 1 Agustus 2021
vokasi.jpg
Humas UNS
Dirjen Pendidikan Vokasi, Wikan Sakarinto, S.T., M.Sc., Ph.D.*

KISUTA.com — Hadir dalam acara Pekan Vokasi yang digelar secara daring oleh Sekolah Vokasi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta pada Kamis (29/7/2021), Dirjen Pendidikan Vokasi, Wikan Sakarinto, S.T., M.Sc., Ph.D menyampaikan kekuatan Sekolah Vokasi atau sering disebut dengan The Power of Vokasi. The Power of Vokasi merupakan kekuatan yang dimiliki oleh lulusan Sekolah Vokasi, yakni meliputi bekerja, melanjutkan studi atau wirausaha. Ketiga aspek tersebut dikenal dengan BMW. Artinya, lulusan Sekolah Vokasi bisa langsung bekerja, melanjutkan studi, atau berwirausaha.

Akan tetapi, Wikan Sakarinto, S.T., M.Sc., Ph.D mengatakan bahwa kedepannya paradigma BMW akan diubah menjadi WBM, di mana wirausaha menjadi fokus utama para lulusan Sekolah Vokasi. Perubahan paradigma tersebut akan dilakukan melalui sejumlah kebijakan.

Tentunya, The Power of Vokasi juga tidak terlepas dari kompetensi. Kompetensi lulusan Sekolah Vokasi merupakan perpaduan dari tiga aspek, yakni softskill, karakter, dan hardskill. Menurut Wikan, ketiga aspek tersebut sangat menentukan karir lulusan Sekolah Vokasi di dunia kerja.

“IPK memang penting. Tapi kenyataan di lapangan itu softskill, karakter, dan hardskill yang takes place forever,” ungkap Wikan.

Kompetensi lulusan Sekolah Vokasi juga meliputi kognitif dan integriti. Guna mendukung lahirnya generasi berkompetensi, Menteri Kemendikbud Ristek mencetuskan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). MBKM didesain untuk mewujudkan karakter pelajar Pancasila di antaranya beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, berkebinekaan global, gotong royong, kreatif, bernalar kritis, dan mandiri.

Selama ini, kompetensi lulusan perguruan tinggi —baik Sekolah Vokasi maupun Sarjana, menjadi keluhan utama para pengusaha. Pengusaha menilai bahwa lulusan perguruan tinggi kurang tahan dalam menghadapi tekanan di dunia kerja, kurang mampu berkomunikasi baik lisan maupun tertulis, kurang mampu bekerja sama dalam sebuah tim, dan kurang inisiatif serta mudah bosan.

Oleh karena itu, sejumlah kebijakan mulai diberikan untuk mendukung terwujudnya lulusan Sekolah Vokasi yang kompeten, salah satunya kebijakan link and match. Kebijakan link and match tersebut merangkul 2.200 Perguruan Tingga Vokasi, 14.000 SMK, 17.000 Lembaga Kursus dan Pelatihan, dan Kemitraan & Penyelarasan DUDI.

“Kebijakan link and match tidak cuma sekadar tanda tangan MoU, foto-foto masuk koran, tetapi sampai link and match yang sangat komprehensif,” jelas Wikan.

Kebijakan link and match meliputi 8 + 1 yang terdiri dari penyusunan kurikulum secara bersama-sama, pembelajaran berbasis proyek nyata dari dunia kerja, jumlah peran pengajar baik dari pendidikan formal maupun industri, magang di dunia kerja, sertifikasi kompetensi, pelatihan bagi para pengajar, riset terapan yang mendukung teaching factory, dan komitmen serapan lulusan. "Kedepannya, kebijakan ini bisa saja bertambah," imbuh Wikan.* Eko Prasetyo - kisuta.com


BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya