Jumat, 3 Mei 2024
Artikel Opini
Opini

Penerapan Internet of Things Bidang Pertanian menuju Smart Farming

Dr. Ir. Yudi Rinanto, MP Dosen Prodi Biologi FKIP UNS
Selasa, 21 September 2021

KISUTA.com - Persiapan masa depan era Internet of Things Revolusi Industri 4.0 perlu segera dilakukan termasuk penerapannya di bidang pertanian, mulai dari teknik bertanam sampai pasca panen. Indonesia sebagai Negara Agraris sudah saatnya mengejar ketertinggalan dibanding negara maju dalam penggunaan internet di bidang pertanian.

Perkembangan bidang pertanian dalam membangun ketahanan pangan memerlukan dukungan teknologi untuk meningkatkan produktivitas. Pemanfaatan teknologi dimaksudkan untuk mencapai efisiensi proses produksi sehingga nilai produk pertanian bisa lebih kompetitif.

Smart Farming merupakan sistem pertanian dalam arti luas yang cerdas berbasis teknologi.

Secara sederhana bisa diartikan sebagai precision agriculture atau bertani secara tepat, dengan mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan dari setiap faktor pembatas pertumbuhan tanaman. Sistem ini juga melibatkan penggunaan berbagai peralatan pendukung, sistem informasi dan hasil penelitian terkait rekayasa genetik. Di Indonesia teknik bertani seperti ini belum diterapkan secara masif.

Penerapan sistem smart farming menggunakan ilmu dan teknologi terkini juga dimaksudkan untuk mengurangi input sumber daya alam seperti air dan energi, sehingga bisa menghasilkan lingkungan yang sustainable.

Deteksi dini informasi cuaca sangat penting diketahui untuk menentukan saat tanam yang tepat. Tingkat kesuburan tanah perlu diketahui sebelum penanaman, sehingga bisa ditentukan treatmen pemupukan secara tepat dosis dan waktunya.

Pada skala penanaman yang lebih luas, penggunaan Drone untuk Surveillance, penyemprotan pestisida dan pupuk cair bisa dilakukan secara terkontrol. Semua tahapan kritis dalam budidaya tanaman tersebut bisa dikendalikan melalui sensor.

Keberhasilan sistem smart farming tergantung kepada data yang terukur berdasarkan analisis sensor yang telah dipasang di areal penanaman. Sensor akan memberikan informasi secara presisi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan komponen mikroklimat di sekitar penanaman, terutama variable suhu, kelembaban media, kelembaban udara serta Intensitas cahaya. Metode ini dapat digunakan untuk mengatasi masalah budidaya tanaman yang selama ini menjadi persoalan utama dalam budidaya tradisional, sehingga risiko gagal panen bisa diminimalisir.

Penulis bersama dengan tim peneliti Dewanto Harjunowibowo. SSi.MSi, PhD dari prodi Fisika FKIP UNS, bersama 10 mahasiswa yang sedang menjalankan program MBKM, sedang mengembangkan rumah kaca berbasis IOT untuk menapis variabel mikroklimat terutama suhu, kelembaban dan intensitas penyinaran terhadap tanaman sirih hitam yang memiliki potensi sebagai tanaman obat.

Sistem terkontrol dalam rumah kaca ini diterapkan untuk tanaman obat sirih hitam yang secara alamiah tumbuh sangat baik di habitat aslinya dengan spesifikasi mikroklimat tertentu, dan tidak dapat menampilkan pertumbuhan maksimal di tempat lain. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai dasar budidaya tanaman sirih hitam, terutama di dalam menyediakan bahan bibit yang berkualitas secara cepat.***


BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya