Jumat, 3 Mei 2024
Sosok Inspirasi

Tim PKM RSH UNS Teliti Ketangguhan Generasi Z terhadap Bencana Banjir

Rabu, 18 Oktober 2023
aagz.jpg
Humas UNS

KISUTA.com - Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Riset Sosial Humaniora (RSH) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta melakukan pengkajian di Kelurahan Sewu, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta. Mereka meneliti bencana banjir dan kemampuan hidup berdampingan dengan banjir pada Generasi Z di daerah tersebut.

Tim PKM RSH UNS ini merupakan tim yang lolos pada tahap pendanaan Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa). Penelitian dilakukan Mahasiswa S-1 Program Studi (Prodi) Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Diketuai Ali Nur Mustofa, tim ini beranggotakan Muhammad Zulfi Fathoni Rozaq, Auliya Rizqi Fitriyani dan Nisa Malinda sebagai anggota. Dr. Pipit Wijayanti, S.Si., M.Sc., bertindak sebagai dosen pembimbing.

Penelitian tersebut berjudul “Esem lan Guyumu Living in Harmony with Disaster Kelurahan Sewu: Siapkah Generasi Z Menghadapi Eskalasi Bencana Banjir di Masa Mendatang?”. Rentang penelitian ini berlangsung pada bulan Juli-September 2023.

Kepada uns.ac.id, mereka menjelaskan bahwa Kota Surakarta merupakan wilayah yang sering terdampak bencana banjir akibat luapan dari Sungai Bengawan Solo dan Sungai Pepe. Berdasarkan data dari BPBD Kota Surakarta, wilayah yang paling terdampak banjir merupakan Kelurahan Sewu, Kecamatan Jebres dengan total 481 kejadian sepanjang tahun 2022. Banjir rutin terjadi dan kian meningkat setiap tahun karena adanya peningkatan curah hujan.

Relokasi sering menjadi solusi akan bencana banjir yang terjadi. Akan tetapi hal ini menimbulkan penolakan dari masyarakat Kelurahan Sewu yang bertempat tinggal secara turun temurun. Sehingga konsep hidup berdampingan dengan bencana atau living in harmony with disaster menjadi salah satu solusi dari permasalahan tersebut.

Salah satu bentuk penerapannya adalah bersikap esem lan guyumu saat terjadi bencana banjir. Esem lan Guyumu merupakan sikap dan kondisi masyarakat yang cenderung tidak panik dan lebih bersikap senda gurau saat bencana banjir. Masyarakat sudah terbiasa dan selalu siap dengan ancaman bencana.

Generasi Z merupakan generasi penerus dalam menghadapi bencana di Kelurahan Sewu. Generasi ini identik dengan sikap acuh tak acuh pada lingkungan. Hal ini perlu dikaji untuk mengukur ketangguhan dalam menghadapi eskalasi bencana banjir di masa mendatang.

“Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi Generasi Z terhadap living in harmony with disaster dan untuk mengetahui ketangguhan bencana banjir pada Generasi Z di Kelurahan Sewu, Kota Surakarta. Penelitian ini penting untuk mengetahui seberapa jauh persepsi dan ketangguhan Generasi Z dalam menghadapi bencana sehingga dapat digunakan untuk membuat kebijakan penyuluhan bencana bagi pemerintah maupun stakeholder,” terang Ali Nur Mustofa, Jumat (13/10/2023).

Para Mahasiswa UNS tersebut menggunakan metode survei deskriptif dan metode survei prediksi. Penggunaan dua metode ini menggabungkan pendekatan fenomenologi dan pendekatan transek khusus. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik purposive non probability. Teknik ini melibatkan pemilihan sampel dengan sengaja berdasarkan karakteristik relevan. Generasi Z terdampak banjir yang sesuai dengan penelitian sebagai responden utama dan responden pendukung.

Hasil penelitian menunjukkan generasi Z di Kelurahan Sewu memiliki persepsi positif dan negatif tentang bencana banjir yang dialami. Persepsi positif pada generasi Z telah mampu menerapkan ketangguhan bencana berdasarkan strategi coping bagi individu.

“Persepsi positif menghasilkan ketangguhan bencana yang baik, seperti generasi Z cepat tanggap saat muncul tanda-tanda banjir dengan cara memindahkan barang ke tempat yang lebih tinggi dan mengungsi,” ujar Ali.

Sementara persepsi negatif pada generasi Z dibentuk dari ketidakmampuan generasi Z menilai bencana alam secara positif sehingga persepsi yang muncul berupa stressful seperti, syok dan panik.

“Persepsi negatif menghasilkan ketangguhan bencana yang kurang, generasi Z yang syok dan mudah panik saat terjadi bencana banjir cenderung tidak mudah tanggap dan minim tindakan sehingga memerlukan arahan dari orang yang lebih tua atau lebih berpengalaman,” pungkasnya.* das-kisuta.com


BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya