Jumat, 3 Mei 2024
Wisata & Sejarah
Lembah Baliem

Jantung Budaya Papua, Kehidupan Neolitikum yang Masih Lestari

Senin, 27 November 2023
baliem.jpg
Ist.
LEMBAH Baliem tempat wisatawan merasakan kehidupan zaman batu, jauh dari peradaban modern.*

KISUTA.com - Lembah Baliem merupakan salah satu tempat di Papua yang mempunyai pemandangan indah dan keunikan budaya asli dari ratusan suku yang tersebar di Papua.

Lembah Baliem membentang 72 km dengan lebar maksimal 31 km. Suku yang mendiami lembah tersebut adalah Dani, Ngalum, Ngalik, Nduga, dan Yali. Dipagari Pegunungan Trikora, Lembah Baliem mempunyai keindahan alam luar biasa. Titik tertinggi pandangan mata adalah Puncak Jaya, satu-satunya tempat di Indonesia yang berselimut es abadi. Bagi masyarakat suku-suku di Lembah Baliem, alam merupakan sahabat. Alam adalah pemberi kehidupan, sesuatu yang patut dihargai seperti mahluk lainnya.

Lembah Baliem tempat wisatawan merasakan kehidupan zaman batu, jauh dari peradaban modern. Anda bisa mengenakan pakaian adat setempat, yang paling terkenal adalah koteka/ hodlim. Anda bisa merasakan tinggal di dalam Honai, yaitu rumah adat masyarakat di Lembah Baliem. Apabila Anda hobi memasak, bisa mencoba memasak dengan cara bakar batu seperti biasa dilakukan masyarakat setempat. Masih ada lagi, Anda bisa ikut menari dalam tarian perang yang usia sudah ratusan tahun.

Marthen Yadlogon Medlama dalam bukunya tentang Lembah Baliem, mengungkapkan bahwa seluruh aspek yang melekat di tubuh dan tradisi masyarakat Lembah Baliem adalah wujud syukur atas kehidupan. Saat mengenakan pakaian adat, kebanggaan tercurah dari diri mereka. Tiap aksesori mempunyai makna, mulai dari kalung berbahan kulit kerang sampai coretan tinta di pipi dan badan.

Meskipun sudah lebih modern, namun masyarakat Lembah Baliem masih melestariakan budaya mereka. Sebelum ditemukan oleh seorang ahli hewan asal Amerika bernama Richard Archbold, masyarakat Lembah Baliem tertutup dari dunia luar. Mereka masih berpakaian, bersosialisasi, dan bertahan hidup dengan gaya kehidupan neolitikum. Barulah pada 1938, sejak ditemukan oleh ahli hewan asal Amerika bernama Richard Archbold, Lembah Baliem mengenal dunia luar. Namun mereka tidak melepaskan budaya nenek moyangnya, sehingga masih banyak adat istiadat mereka yang lestari hingga sekarang.

Begitu juga ketika para misionaris pada tahun 1954 mulai memperkenalkan agama Kristen kepada mereka. Masyarakat suku-suku di Lembah Baliem menerimanya, namun mereka tidak mau mengesampingkan apa yang turun-temurun dikatakan leluhurnya.

Masih banyak hal yang menjadikan Lembah Baliem sebagai jantung budaya Papua. Tak heran jika di wilayah ini kemudian diselenggarakan Festival Lembah Baliem. Festival ini mampu menyedot perhatian wisatawan baik lokal maupun mancanegara.Tertarik? Silakan kunjungi Lembah Baliem yang eksotis.* uli-kisuta.com


KATA KUNCI

BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya