Kamis, 16 Mei 2024
Wisata & Sejarah
Jalan Braga (2)

Kawasan Elit Sejak Dulu

Sabtu, 27 Februari 2016

KISUTA.com - Menurut Haryoto Kunto (Alm.) dalam bukunya “Wajah Bandoeng Tempo Doeloe”, di penghujung tahun 1870-an, Jalan Braga berkembang menjadi kawasan elite, setelah kehadiran toko kelontong "De Vries" milik M. Klass de Vries. Toko ini selalu dikunjungi petani Priangan yang kaya raya (Preanger planters) untuk membeli kebutuhan hidup sehari-hari.

Sebagai orang Eropa ke-1500 yang menginjakkan kakinya di Bandung, Tuan Vries memang cerdas, bahkan ada yang menyebutnya sebagai pioner perdagangan di Kota Bandung. Di tokonya, De Vries menyediakan berbagai kebutuhan, mulai dari barang pecah belah, kain, sepatu, alat tulis dan buku, juga obat-obatan. Bisa jadi Toko "De Vries" menjadi cikal bakal supermarket (toko sagala ada) di Bandung.

Ramainya kunjungan petani keturunan Belanda ke toko "De Vries", ungkap Haryoto Kunto, membuat kawasan Braga menjadi hidup. Perlahan tetapi pasti mulai berdiri bangunan baru di sekitarnya. Mulai dari hotel, restoran, gedung bioskop hingga bank.

Sebagai kawasan elit, maka tidak sembarang toko dan tempat usaha diizinkan didirikan di Jalan Braga. Butik Au Bon Marche, contohnya, yang hanya menjual pakaian impor dari Paris. Keberadaan butik inilah yang membuat Bandung dijuluki Parisj van Java.

Kemudian ada toko jam Stocker yang hanya menjual jam buatan Swiss, toko bunga Van Doup, toko mobil pertama di Hindia Belanda Fuchs & Rents, hingga penjahit August Savelco yang menjadi langganan tokoh penting seperti JP. Coen hingga Bung Karno.

Terlepas dari berbagai versi nama yang beredar, yang pasti Jalan Braga kemudian menjadi sentra perdagangan dan jasa yang diperuntukkan bagi kaum Belanda. Julukan sebagai "De meetst Europeesche winkelstraat van Indie" atau komplek pertokoan Eropa yang paling terkemuka di Hindia sempat disandang Jalan Braga.

Daya tarik Jalan Braga yang tak lekang oleh zaman, membuat Pemerintah Kota Bandung berupaya "menghidupkan" kembali jalan ini lewat gelaran Braga Festival atau Brafest. Beragam kegiatan kreatif serta seni dan budaya ditampilkan di gelaran ini. Meski belum optimal, namun kehadiran Brafest bisa "menghidupkan" jalan yang menjadi saksi bisu perkembangan Kota Bandung sejak zaman penjajahan Belanda hingga era globalisasi sekarang.* Ati - kisuta.com

 


BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya