Jumat, 3 Mei 2024
Wisata & Sejarah

Melepas Tukik di Pesisir Pangumbahan

Sabtu, 29 Desember 2018

KISUTA.com - Begitu isi jolang plastik hitam itu dituang di atas pasir pantai putih kecoklatan, sejumlah makhluk kecil berebutan mengejar arah suara debur ombak laut. Menerjang gulungan ombak kecil. Sebagian ada yang langsung dibawa lidah air ketika gulungan air surut. Begitu air kembali pasang, lebih banyak lagi yang jungkir balik tersapu menjauh ke daratan. Namun berbekal naluri kebebasan yang begitu kuat, binatang-binatang kecil itu kembali menyambut riak ombak yang datang berulang-ulang.

Kami pun bersama petugas serta dua orang turis Austria yang sore itu berkunjung, membantu menengkurapkan beberapa binatang kecil berkaki empat yang terlentang dihempas riak ombak itu. Ada imbalan untuk perjuangan dan kerja keras, yang diperlihatkan si kecil hitam ini. Menjelang sunset di Pantai Pangumbahan, makhluk-makhluk kecil hitam seukuran genggaman tangan anak kecil itu menemukan kebebasannya; mengarungi samudera luas. Reptil yang hidup di laut ini siap bermigrasi dalam jarak yang jauh di sepanjang kawasan Samudera Hindia, Samudra Pasifik, dan Asia Tenggara.

Setelah ditetaskan di Kawasan Konservasi Penyu Taman Pesisir Pangumbahan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, makhluk-makhluk kecil ini melaut. Konon, antara 20 sampai 30 tahun kemudian, binatang-binatang kecil itu saat telah menjadi dewasa akan kembali ke pesisir ini untuk bertelur.

Ya makhluk-makhluk kecil itu adalah tukik atau bayi-bayi penyu, yang sempat kami lepas saat sore hari di Pesisir Pangumbahan. Kami kala itu bersama-sama berharap, dari kurang lebih 100-an tukik yang dilepas sore itu, ada yang bisa hidup panjang, hingga puluhan tahun kemudian bisa datang lagi ke pesisir ini. Pesisir tempat ditelurkan oleh induknya, kemudian ditetaskan.

Kami sebenarnya tidak boleh pesimis, tetapi kami menjadi miris saat diberi tahu oleh petugas dari Konservasi Penyu Taman Pesisir Pangumbahan bahwa dari 1.000 tukik yang dilepas kemungkinannya hanya 1 ekor --ya, hanya 1 ekor-- yang bisa terus hidup hingga sampai di pesisir-pesisir jauh di belahan dunia negara lain yang jaraknya puluhan ribu kilometer untuk kawin dan akhirnya bertelur di Pesisir Pangumbahan. Menurut temuan WWF (World Wide Fund), penyu yang menetas di perairan pantai Indonesia ada yang ditemukan di sekitar kepulauan Hawaii.

“Sengaja kami melepas tukik-tukik ini ke laut pada sore hari serta tempat penglepasan di sisi pesisir yang berbeda-beda setiap harinya, tiada lain untuk mengurangi tukik-tukik ini dimangsa para predator. Bila tukik-tukik ini dilepas di tempat yang itu-itu saja, akan menjadi tempat kebiasaan predator memangsa tukik-tukik ini,” jelas salah seorang petugas.

Ternyata predator-predator alami di laut bagi binatang kecil nan lucu ini cukup banyak, seperti kepiting, burung, dan tikus di pantai, serta ikan-ikan besar begitu tukik tersebut menyentuh perairan dalam. Namun demikian predator yang membuatnya nyaris punah, tiada lain adalah manusia.

Stasiun Penetasan di Pangumbahan

Penyu merupakan hewan tua yang sudah ada sejak zaman dinosaurus. Sayangnya, semenjak berabad-abad maraknya perburuan ilegal dan konsumsi telur penyu membuat keberadaan hewan ini terancam punah. Oleh karena itu, sekarang banyak digalakkan tempat konservasi penyu untuk menjaga kelestarian hewan langka ini. Salah satunya adalah tempat konservasi penyu yang berada di Pangumbahan, Sukabumi. Di sini merupakan tempat penetasan penyu paling terkenal di Pulau Jawa. Di Pangumbahan terdapat 9 titik penetasan penyu yang dikelola oleh BKSDA (Balai Konsevasi Sumber Daya Alam) dan Dinas Kelautan dan Perikanan.

Secara administratif, Desa Pangumbahan, Kecamatan Ciracap, berbatasan dengan Cagar Alam (BKSDA Cikepuh) dan Desa Gunung Batu di sebelah Utara, sebelah Timur dengan Desa Gunung Batu, sebelah Timur dengan Desa Gunung Batu dan Desa Ujung Genteng, dan sebelah Selatan dengan Samudera Indonesia.

Kawasan Konservasi Pesisir Pantai Pangumbahan dapat diakses melalui berbagai jalur, yaitu: Pertama, jalur dari Bogor menggunakan jalan darat menuju Palabuhanratu dengan waktu tempuh 2-3 jam. Ke dua, jalur dari Lebak melalui jalur Selatan menggunakan jalan darat menuju Palabuhanratu. Ke tiga, jalur dari Cianjur menggunakan jalan darat menuju Palabuhanratu dengan waktu tempuh 1-2 jam. Untuk mencapai wilayah Kawasan Konservasi Pesisir Pantai Pangumbahan dapat diakses dengan jalan darat dari Palabuhanratu.

Pendekatan konservasi dalam menetapkan Desa Pangumbahan sebagai Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dengan status Taman Pesisir adalah didasarkan pada kawasan tersebut memiliki potensi sumber daya kelautan dan perikanan yang harus dilindungi dan harus dilestarikan, seperti satwa penyu dan habitat penelurannya di Pantai Pangumbahan dan sekitarnya serta beberapa tempat lainnya di sepanjang pantai Kabupaten Sukabumi.

Desa Pangumbahan dan Desa Ujung Genteng berada di dalam kawasan wisata Ujung Genteng. Beberapa objek wisata menjadi andalan daerah tersebut, terlebih karakter ombak di beberapa titik pantai yang sesuai untuk olahraga selancar air (surfing). Selain itu, terdapatnya ekosistem terumbu karang dijadikan objek wisata untuk kegiatan pemancingan.

Untuk mengakses ke Kawasan Konservasi Penyu Taman Pesisir Pangumbahan cukup menempuh perjalanan 20-30 menit dari Pantai Cibuaya. Saat memasuki gerbang, kita akan disambut auditorium dengan patung penyu besar yang menjadi simbol dari konservasi ini. Di konservasi ini aktivitas paling menarik yang dapat dinikmati wisatawan adalah menyaksikan penglepasan tukik. Ada 3 jenis penyu yang ditetaskan di sini, yaitu jenis penyu lekang, kempi, dan penyu hijau. Namun saat ini hanya jenis penyu hijau (chelonia mydas) yang diutamakan ditetaskan di konservasi ini.

Peningkatan aktivitas manusia dewasa ini, telah memengaruhi seluruh lapisan ekosistem yang ada di muka bumi, tidak terkecuali ekosistem pesisir laut. Pesisir laut yang bagi sebagian hewan laut dimanfaatkan untuk proses berkembang biak pun ikut terganggu. Salah satu hewan yang memanfaatkan pesisir pantai untuk kegiatan perkembangbiakan adalah penyu hijau. Penyu tersebut biasa bertelur pada malam hari di sekitar pesisir pantai. Penyu hijau merupakan salah satu hewan yang proses perkembang-biakannya cukup lambat. Siklus bertelur mereka cukup lama, antara 2-8 tahun sekali, dan dari ratusan telur yang dihasilkan oleh penyu betina hanya belasan tukik (anak penyu) yang berhasil berenang ke laut lepas, dan dari belasan tukik tersebut masih harus beradaptasi dengan ganasnya laut lepas.

Oleh karena itu, diperlukan usaha–usaha nyata untuk melakukan pelestarian penyu yang hingga kini jumlahnya terus merosot akibat perburuan liar, atau penjualan secara ilegal telur–telur penyu. Maraknya pencurian telur penyu merupakan salah satu penyebab turunnya populasi telur penyu di Pantai Pangumbahan.

Penglepasan Tukik

Penglepasan tukik berlangsung mulai pukul 17.30 WIB. Waktu sore hari ini dipilih, karena pada waktu ini air laut sedang pasang dan juga merupakan waktu yang tepat untuk membantu tukik menghindari predator seperti burung dan hiu kecil. Setiap harinya ada kurang lebih 50 wisatawan yang mengunjungi tempat konservasi ini, baik lokal maupun mancanegara. Kebanyakan dari mereka memang untuk melihat dan ikut andil juga dalam momen penglepasan bayi penyu tersebut. Puluhan atau ratusan tukik dilepas hampir setiap harinya.

Selain penglepasan tukik, yang biasa dicari-cari oleh para wisatawan adalah menyaksikan kedatangan ibu penyu untuk bertelur di pantai. Di pantai konservasi sepanjang kurang lebih 3 km ini hampir setiap malamnya ada penyu yang datang untuk bertelur. Atas dasar tersebutlah pantai ini menjadi spesial karena penyu hanya akan bertelur di tempat ia lahir. Penyu pun sangat sensitif. Tidak boleh ada cahaya di pantai agar penyu yang ingin bertelur tidak terganggu. Maka konservasi telah memiliki 6 pos untuk menjaga pantai dan penyu beserta telurnya untuk kelestarian hewan langka ini. Bagi wisatawan yang ingin menyaksikan kedatangan ibu penyu dan proses bertelur dapat menghubungi pihak konservasi agar dapat diberitahu ketika ada ibu penyu mendarat untuk bertelur.

Kawasan Konservasi Penyu Taman Pesisir Pangumbahan saat ini telah memiliki rencana pengelolaan dan zonasi serta UPTD pengelola kawasan yang sudah operasional. Sejumlah sarana dan prasarana juga telah diadakan untuk mendukung pengelolaan, seperti pusat informasi, pos jaga, gerbang kawasan, aula, tempat parkir, dan beberapa kamar bagi wisatawan yang mau menginap. Sejumlah Program Corporate Social Responsibility (CSR) juga telah berpartisipasi aktif dalam pengelolaan kawasan konservasi ini.

Kawasan Konservasi Penyu Taman Pesisir Pangumbahan memiliki keanekaragaman hayati Penyu Belimbing (Dermochelys coriecea), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), Penyu Lekang (Lepidochelysolivacea), Penyu Tempayan (Caretta caretta), Penyu Pipih (Naratordepressus), Penyu Hijau (Chelonia mydas). Namun yang kini banyak ditetaskan di Konservasi Penyu Taman Pesisir Pangumbahan hanyalah Penyu Hijau.* harie - kisuta.com


BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya