Senin, 20 Mei 2024
Sosok Inspirasi
Ubai bin Ka’ab

Pemimpin Kaum Muslimin

Minggu, 3 Mei 2020

KISUTA.com - Pada suatu hari Rasulullah SAW menanyainya: “Hai Abul Munzir! Ayat manakah dari Kitabullah yang teragung?” Orang itu menjawab: “Allah dan RasulNya lebih tahu!”

Nabi SAW mengulangi pertanyaannya: “Hai Abul Munzir! Ayat manakah dari Kitabullah yang teragung?”. Maka jawabnya: “Allah tiada Tuhan melainkan Ia, Yang Maha Hidup lagi Maha Pengatur”. (QS 2 al-Baqarah:225).

Rasulullah SAW pun menepuk dadanya, dan dengan rasa bangga yang tercermin pada wajahnya, katanya: “Hai Abul Munzir! Selamat bagi anda atas ilmu yang anda capai!”

Abul Munzil yang mendapat ucapan selamat dari Rasul yang mulia atas ilmu dan pengertian yang dikaruniakan Allah kepadanya itu tiada lain dari Ubai bin Ka’ab, seorang sahabat yang mulia.

Ia adalah seorang Anshar dari suku Khazraj, dan ikut mengambil bagian dalam perjanjian ‘Aqabah, perang Badar dan peperangan-peperangan penting lainnya. Ia mencapai kedudukan tinggi dan derajat mulia di kalangan Muslimin angkatan pertama, hingga Amirul Mu’minin Umar sendiri pernah mengatakan tentang dirinya: ” Ubai adalah pemimpin Kaum Muslimin…!”

Ubai bin Ka’ab merupakan salah seorang perintis dari penulis-penulis wahyu dan penulis-penulis surat. Begitupun dalam menghapal al-Quranul Karim, membaca dan memahaminya ayat-ayatnya, ia termasuk golongan terkemuka.

Pada suatu hari Rasulullah mengatakan kepadanya: “Hai Ubai bin Ka’ab! Saya titahkan untuk menyampaikan al-Quran padamu”. Ubai maklum bahwa Rasulullah hanya menerima perintah-perintah itu dari wahyu, maka dengan harap-harap cemas ia menanyakan kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, ibu bapakku menjadi tebusan anda! Apakah kepada anda disebutkan namaku?” Ujar Rasulullah: “Benar! Namamu dan turunanmu di tingkat tertinggi…!”

Seorang muslim yang mencapai kedudukan seperti ini di hati Nabi SAW pastilah ia seorang Muslim yang agung. Selama bertahun-tahun persahabatan, yaitu ketika Ubai bin Ka’ab selalu berdekatan dengan Nabi SAW , tak putus-putusnya ia reguk telaganya, yang dalam itu airnya yang manis. Dan setelah berpulangnya Rasulullah, Ubai menepati janjinya dengan tekun dan setia, baik dalam beribadat, dalam keteguhan beragama dan keluhuran budi.

Di samping itu, tak henti-hentinya ia menjadi pengawas bagi kaumnya. Diingatkannya mereka akan masa-masa Rasulullah masih hidup, diperingatkan keteguhan iman mereka, sifat zuhud, perangai dan budi pekerti mereka.

Ia selalu berpegang kepada taqwa dan menetapi zuhud terhadap dunia, hingga tak dapat terpengaruh dan terpedaya. Karena ia selalu menilik hakikat sesuatu pada akhir kesudahannya. Bila Ubai berbicara di hadapan khalayak ramai, maka semua leher akan terulur dan telinga sama terpasang, disebabkan sama terpaku dan terpikat, sebab apabila ia berbicara mengenai agama Allah tiada seorang pun yang ditakutinya, dan tiada udang di balik batu.

Karena keshalehan dan ketaqwaannya, Ubai selalu menangis setiap teringat akan Allah dan hari yang akhir. Ayat-ayat al-Quranul Karim, baik yang dibaca atau yang didengarnya semua menggetarkan hati dan seluruh persendiannya.* Abu Ainun/”Karakteristik Perihidup Sahabat Rasulullah” - kisuta.com


KATA KUNCI

BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya