Minggu, 28 April 2024
Sosok Inspirasi
Dr. Prabang Setyono

Pakar Lingkungan UNS Ini Bicara Kearifan Lokal dalam Mengelola Bencana

Kamis, 4 Februari 2021
prabang.jpg
Humas UNS

KISUTA.com - Dosen Program Studi (Prodi) Ilmu Lingkungan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta sekaligus pakar lingkungan, Dr. Prabang Setyono berbicara kearifan di dalam mengelola bencana. Hal ini dilakukan Dr. Prabang lantaran akhir-akhir ini di Indonesia terjadi bencana di beberapa tempat. Seperti bencana banjir di Kalimantan Selatan serta di berbagai daerah di Pulau Jawa.

“Bencana merupakan kejadian sebagai konsekuensi logis dari dinamika alam,” terang Dr. Prabang di Rektorat UNS, Kamis (4/2/2021).

Menurut Dr. Prabang, bencana itu sendiri dapat disederhanakan menjadi bencana alam dan bencana lingkungan. Bencana alam merupakan kejadian di luar campur tangan manusia karena kejadiannya sebagai otoritas dari dinamika alam itu sendiri, seperti gempa bumi atau lindu, gunung meletus, dan tsunami.

Sedangkan bencana lingkungan merupakan kejadian yang sangat kental dengan proses interaksi manusia dengan alam sekitarnya. Hal ini dapat diartikan manusia sebagai pemicu bencana.

“Berdasarkan kriteria tersebut, maka bencana yang terjadi akhir-akhir ini yang tergolong bencana hidrometeorologi terkait dengan aktivitas manusia,“ ujar Prabang.

Lebih lanjut Dr. Prabang mengatakan bahwa saat ini kalangan akademisi bisa memberikan pencerahan yang berbasis bukti empiris atau data ilmiah agar permasalahan pemicu bencana dapat diurai secara sistematis, transparan, dan metodologis, sehingga nilai keterukurannya jelas dan penyelesaiannya mempunyai struktur yang operasional.

Sementara jika meninjau dari konsep dan konteks nilai lokal, maka bisa dikatakan bahwa dalam pengelolaan lingkungan tentu harus arif. Lokalitas itu dapat dibagi menjadi tiga, yaitu local knowledge (pengetahuan lokal), local genius (kecerdasan lokal), dan local wisdom (kearifan lokal). Tiga nilai lokalitas tersebut akan tergerus oleh kebijakan yang mengatasnamakan pembangunan dan peningkatan pendapatan daerah. Kebijakan yang tidak ramah lingkungan cenderung bersifat eksploitatif, bukan investatif dalam menjaga keberlangsungan alam dan lingkungan.

Dr. Prabang menilai bahwa kearifan mengelola bencana di kalangan masyarakat lokal dahulu seharusnya dijadikan landasan dalam merumuskan kebijakan maupun program yang berbasis risiko kebencanaan. Penanganan bencana hidrometeorologi di Indonesia seharusnya banyak belajar dari nilai lokal tersebut.

Kearifan dalam menanggapi bencana salah satunya dapat diwujudkan dengan keberanian secara objektif di kalangan pemimpin daerah maupun pusat, menjustifikasi bencana yang terjadi sebagai bencana lingkungan sehingga akan lebih mudah dalam mengurai penyebabnya.

Pemulihan lingkungan yang telah rusak menurut Dr. Prabang akan terwujud jika terjadi kerja sama sesuai bidang semua stakeholder pengelola lingkungan yang meliputi pemerintah, masyarakat lokal, lembaga swadaya masyarakat, akademisi, pengusaha, serta pers.

“Kekuatan masyarakat Indonesia dalam menghadapi bencana inilah yang suatu ketika akan menjadi modal sosial dan modal pengetahuan yang sangat berharga menuju pencapaian Sustainable Development Goals”, tutup Dr. Prabang.* Eko Prasetyo - kisuta.com


BAGIKAN

BERI KOMENTAR
masjidraya